Sejarah barcode yang dikira tanda antiKristus
Asal usul barcode alias kode batang sempat memicu kontroversi karena sinar laser untuk memindainya dianggap membahayakan mata. Tapi…
Dan, akhirnya, pemindaian barcode jadi lumrah di supermarket-supermarket AS, sebelum kemudian ia juga merambah berbagai belahan dunia lainnya.
Yang tidak McEnroe sangka, laboratorium yang ia gunakan menghubunginya dan mengatakan bakal mengirimkan monyet-monyet rhesus itu kepadanya setelah uji coba selesai.
McEnroe bingung. Mau diapakan monyet-monyet itu?
"Itu gila," kenangnya sambil tertawa.
"Saya menemukan kebun binatang di North Carolina [untuk jadi rumah monyet-monyet tersebut]."
Selain para monyet, setiap anggota tim McEnroe di IBM tentunya juga berjasa memperkenalkan pada dunia Kode Produk Universal (UPC)—sebutan formal bagi kode batang versi mereka.
Salah satunya adalah Joe Woodland, insinyur yang merancang konsep awal kode batang beberapa dekade sebelumnya.
Bersama seorang insinyur lain, Woodland mengajukan permohonan untuk mematenkan ide dasar kode batang pada Oktober 1949.
Lalu, George dan anggota tim IBM lainnya mengembangkan ide dasar tersebut dan merancang barcode persegi panjang rapi yang terdiri dari garis-garis vertikal hitam, yang merepresentasikan angka-angka unik sehingga dapat mengidentifikasi setiap barang di supermarket, dari kaleng sup hingga kotak sereal dan bungkus spageti.
Industri retail AS secara resmi mengadopsi barcode pada 1973. Dan, produk pertama yang memiliki kode batang lantas dipindai di Ohaio pada 1974.
Sejak itu, barcode menguasai dunia.
Jenis-jenis barcode lainnya segera bermunculan dan UPC pula yang meletakkan dasar bagi apa yang disebut “barcode 2D”, yang bisa menyimpan lebih banyak informasi.
Cara kerja barcode
Setiap kali sinar laser menyinari permukaan barcode atau kode batang, sebuah proses yang rumit terjadi dalam hitungan milidetik.