Fakta Biden Cabut Larangan Ukraina Gunakan Rudal Jarak Jauh untuk Serang Wilayah Rusia
Berikut ini rangkuman fakta-fakta terkait larangan Ukraina menggunakan senjata dari Amerika Serikat (AS) untuk menyerang wilayah dalam Rusia.
Penulis: Andari Wulan Nugrahani
Editor: Wahyu Gilang Putranto
TRIBUNNEWS.COM - Berikut ini rangkuman fakta-fakta terkait larangan Ukraina menggunakan senjata dari Amerika Serikat (AS) untuk menyerang wilayah dalam Rusia yang baru saja diumumkan oleh Presiden Joe Biden.
Biden kini mengizinkan Kyiv menggunakan rudal jarak jauh untuk ditembakkan ke wilayah Rusia dengan mengizinkannya digunakan melawan pasukan Rusia dan Korea Utara di wilayah Kursk.
Ini adalah pertama kalinya Biden memberikan izin kepada Kyiv untuk menggunakan senjata jarak jauh di dalam Rusia.
Akan tetapi penggunaannya akan terbatas pada wilayah Kursk, tempat Ukraina melancarkan serangan ke Rusia pada musim panas.
Keputusan tersebut diperkirakan tidak berlaku untuk rudal Storm Shadow yang dipasok Inggris, yang penggunaannya di wilayah Rusia sebelumnya telah diblokir oleh AS.
Simak fakta-fakta selengkapnya berikut ini:
1. Larangan Ukraina Gunakan Senjata AS Dicabut
Ukraina kini diizinkan menggunakan roket Atacms buatan AS, yang memiliki jangkauan 300 kilometer untuk menyerang jauh ke dalam wilayah Rusia.
Keputusan ini dibenarkan karena adanya kehadiran pasukan Korea Utara yang bertempur bersama Rusia melawan Ukraina.
Meskipun tidak ada komentar publik dari Gedung Putih, cerita tersebut pertama kali muncul dalam pengarahan terkoordinasi kepada New York Times, Washington Post dan kantor berita Reuters dan Associated Press.
2. Reaksi Zelensky
Presiden Ukraina, Volodymyr Zelensky , tampaknya mengonfirmasi berita tersebut, meskipun ia mengatakan bukti apa pun tentang perubahan kebijakan akan muncul di medan perang, jika dan ketika rudal digunakan.
"Saat ini, banyak pembicaraan di media tentang kami yang menerima izin untuk melakukan tindakan tertentu. Namun, serangan tidak dilakukan dengan kata-kata. Hal-hal seperti itu tidak diumumkan. Rudal akan berbicara sendiri. Tentu saja akan demikian," kata Zelensky.
Baca juga: Zelensky: Rudal-rudal Itu Akan Berbicara Sendiri
3. Reaksi Polandia
Menteri Luar Negeri Polandia menyambut baik berita tersebut.
“Dengan masuknya pasukan Korea Utara ke dalam perang dan serangan udara besar-besaran rudal Rusia, Presiden Biden menanggapi dengan bahasa yang dipahami Putin,” tulis Radosław Sikorski di X.
Namun Vladimir Dzhabarov, wakil kepala pertama komite urusan internasional majelis tinggi Rusia, memperingatkan tanggapan Moskow akan segera.
"Ini adalah langkah yang sangat besar menuju dimulainya perang dunia ketiga," kantor berita negara Tass mengutip pernyataan Dzhabarov.
4. Penggunaan Terbatas
Para pejabat AS menjelaskan bahwa senjata itu akan digunakan melawan pasukan Rusia dan Korea Utara yang dikerahkan melawan pasukan Ukraina di wilayah Kursk Rusia.
Bulan lalu, Korea Utara mengirim sekitar 10.000 tentara ke Rusia untuk berpartisipasi dalam perang Ukraina, pertama kalinya Pyongyang bersiap menggunakan pasukan darat sejak berakhirnya perang Korea pada tahun 1953.
Mereka kemudian ditempatkan di Kursk dan bersiap untuk bergabung dengan pasukan Rusia dalam serangan balik terhadap pasukan gabungan yang kekuatannya diperkirakan mencapai 50.000.
Pengumuman ini dimaksudkan untuk mengirim pesan ke Korea Utara, meskipun Biden mungkin mengizinkan penggunaannya di tempat lain selama dua bulan tersisa di Gedung Putih.
Serangan pertama menggunakan roket Atacms yang dipasok AS dapat terjadi dalam beberapa hari.
5. Kyiv Ingin Gunakan Storm Shadows
Kyiv telah mengindikasikan pihaknya ingin menggunakan Storm Shadows terhadap pangkalan udara yang digunakan untuk melancarkan serangan terhadap Ukraina, bukan di Kursk.
Gedung Putih dan Downing Street menolak berkomentar.
6. Tanggapan Rusia
Menanggapi pencabutan larangan ini, Juru bicara Kremlin, Dmitry Peskov, pada Senin ini (18/11/2024) menanggapi dengan mengecam keras pemerintah AS.
Dalam pernyataannya, Kremlin mengeluarkan peringatan keras terkait keputusan Biden yang mengizinkan Ukraina menggunakan senjata buatan AS untuk melakukan serangan ke dalam wilayah Rusia.
Dikutip dari Reuters, Peskov memperingatkan bahwa langkah dari Joe Biden tersebut dapat memperburuk ketegangan dan meningkatkan keterlibatan AS dalam konflik.
Peskov juga menuduh kebijakan Biden ini telah memperburuk situasi.
Ia menyebut langkah tersebut sebagai tindakan yang "menambah bahan bakar ke dalam api," sehingga semakin memperumit konflik di Ukraina.
(Tribunnews.com, Andari Wulan Nugrahani)