Bos IDF, Shin Bet, dan Mossad Israel: Hamas Belum dan Tidak akan Menyerah
Para pimpinan lembaga keamanan Israel mulai dari IDF, Shin Bet, dan Mossad menyatakan kalau Hamas saat ini belum dan tidak akan menyerah.
Penulis: Hasiolan Eko P Gultom
Bos IDF, Shin Bet, dan Mossad: Hamas Belum dan Tidak akan Menyerah
TRIBUNNEWS.COM - Situs media Israel, Walla melaporkan sejumlah pimpinan lembaga keamanan Israel meyakini kalau gerakan Hamas tidak akan mengendurkan persyaratannya dalam negosiasi gencatan senjata di Perang Gaza.
Para pimpinan badan keamanan Israel itu dilaporkan terdiri dari Kepala Staf Militer Israel (IDF), Shin Bet, dan Mossad.
Baca juga: Al Qassam Lumpuhkan Komandan Brigde Kfir Israel di Gaza Utara, Pakar: Secara Militer, Ini Keajaiban
Walla menyatakan, syarat Hamas untuk gencatan senjata di Jalur Gaza adalah penghentian perang secara permanen dan penarikan penuh pasukan Israel dari Gaza.
Dalam pembahasan terkait gencatan senjata ini, para pimpinan lembaga keamanan Israel menyatakan kalau Hamas saat ini belum dan tidak akan menyerah.
"Jika pemerintah (Israel) tertarik pada suatu kesepakatan, maka pemerintah harus meninjau kembali posisinya (persyaratan gencatan senjata)," kata laporan tersebut.
Sejauh ini, Pemerintahan Perdana Menteri Israel, Benjamin Netanyahu, bersikeras tidak mau menarik mundur pasukan Israel dari sejumlah titik di Gaza, terutama di wilayah strategis seperti Poros Netazarim.
Sejumlah laporan media Palestina menyatakan, Pasukan Israel menunjukkan juga ingin mengosongkan wilayah Gaza Utara dari penduduknya dalam rencana permukiman baru bagi kelompok pemuiman Yahudi di daerah itu.
Baca juga: Awalnya Semangat Mau Balas Dendam ke Hamas, Pasukan Cadangan Israel Kini Makin Ogah Berperang
Hamas: Tak Ada Pertukaran Tahanan Sebelum Agresi Israel Berhenti di Gaza
Adapun Penjabat ketua Gerakan Perlawanan Hamas di Jalur Gaza, Khalil Al-Hayya, mengatakan tidak akan ada pertukaran tahanan dan tawanan sebelum agresi Israel di Jalur Gaza berhenti.
Al-Hayya menambahkan dalam sebuah wawancara dengan Al-Aqsa TV, yang berafiliasi dengan gerakan Hamas, bahwa “tanpa menghentikan perang, tidak ada pertukaran tawanan, karena ini adalah hal yang saling berhubungan.”
Dia menunjukkan kalau perundingan mengenai gencatan senjata dan pertukaran mencapai titik yang mendekati kesepakatan pada bulan Juli lalu.
Dijelaskan, kesepakatan saat itu sudah dalam jangkauan, dan Amerika Serikat, beberapa mediator, dan pejabat Israel menyambut baik hal tersebut.
Dia menyatakan, negosiasi kini terhenti, karena pendudukan Israel mengirimkan persyaratan pada 27 Mei 2024, dan diadopsi Presiden AS Joe Biden menjadi resolusi Dewan Keamanan PBB.
Lanjutnya, dalam perjanjian tanggal 7 Februari 2024, proposal gencatan senjata memuat poin-poin antara lain masalah pertukaran tahanan dan narapidana yang memerlukan lebih banyak perundingan untuk diselesaikan.
"Namun muncul topik lain yang semula tidak ada dalam perundingan tersebut, oleh karena itu, kata Hamas bahwa proposal tersebut adalah kartunya Israel," kata laporan Khaberni mengutip wawancara tersebut.
Dia menunjukkan kalau pihak perlawanan Palestina tetap menyetujuinya dengan beberapa amandemen kecil.
Ditetapkan bahwa pintu keluar hanya boleh dilakukan dari wilayah Poros Philadelphia, namun Perdana Menteri Israel Benjamin Netanyahu menetapkan persyaratan baru, yang menghalangi semuanya.
Al-Hayya menekankan, masalahnya bukan pada pertukaran para sandera Israel dan tahanan Palestina atau Poros Philadelphia, melainkan bahwa Netanyahu secara khusus tidak ingin mencapai kesepakatan.
Netanyahu pernah mengatakan di Knesset bahwa “Hamas ingin menghentikan perang dan kami tidak ingin untuk menghentikan perang. Kami ingin memulihkan para tahanan.”
Ia menekankan bahwa “hambatan utama terhadap perundingan ini adalah pemerintah Israel dan Netanyahu, yang menghambat kemajuan apa pun karena alasan politik.”
Baca juga: Pakar Militer: Brigade Al Qassam Hamas Ciptakan Taktik Baru Pertama dalam Sejarah Perang Gerilya
Dia mengatakan kalau Hamas menyampaikan inisiatif secara panjang dan berkelanjutan, dan menunjukkan fleksibilitas untuk melakukan negosiasi yang bertujuan mengakhiri agresi dan menyelesaikan kesepakatan pertukaran sandera dan tahanan.
Dia menunjukkan bahwa ada kontak yang sedang berlangsung dengan beberapa negara dan mediator untuk memajukan proses perundingan, menekankan kesiapan gerakan Hamas untuk melanjutkan upaya gencatan senjata ini.
Ia juga menekankan bahwa yang terpenting adalah adanya kemauan nyata di antara pendudukan Israel untuk menghentikan agresi, namun kenyataan membuktikan kalau yang menghalangi berhentinya agresi IDF adalah Netanyahu sendiri.
(oln/khbrn/*)