Apakah teknologi bisa selamatkan penduduk dari tanah longsor?
Sudah banyak jiwa melayang akibat tanah longsor di berbagai negara. Hanya sedikit negara yang berhasil menemukan solusi inovatif untuk…
Badan Antariksa Amerika Serikat (NASA) telah memetakan daerah-daerah yang rentan longsor di seluruh dunia. Rumah Shruthi di Western Ghats dan wilayah Himalaya termasuk daerah-daerah yang rawan bencana.
Kala Venkat Uday, staf pengajar di Institut Teknologi India (IIT) di Himachal Pradesh, memiliki pengalamannya sendiri dengan longsor. Kampusnya di kota Mandi terletak di sebuah lembah dan dikelilingi oleh Himalaya yang megah.
“Saya melihat longsor dari jendela saya,” katanya.
Pada tahun 2017, terjadi longsor besar di dekat kampus IIT yang menewaskan 48 orang. Peristiwa tersebut begitu membekas di memori ilmuwan berusia 39 tahun itu.
Dia pun merancang perangkat peringatan dini yang dapat memantau indikator cuaca utama seperti suhu, intensitas cahaya, dan kelembaban.
Perangkat ini juga memiliki pengukur hujan. Terdapat akselerometer yang dapat memprediksi pergerakan tanah di bawahnya.
Alat ini berharga $3.500 (Rp55,7 juta) dan harus dikubur di kedalaman dangkal.
“Dalam kurun enam tahun, kami telah memprediksi 100 tanah longsor lokal. Kami menggunakan kecerdasan buatan [AI] dan pembelajaran mesin. Kami mendapatkan lebih banyak data dan kami yakin perangkat ini akan mampu memprediksi 99,8% longsor setidaknya satu jam sebelumnya,” tutur Venkat Uday.
Sistem peringatan dini ini telah dikerahkan di lebih dari 60 tempat di sepanjang jalan. Data diproses dengan waktu nyata dan, apabila ada tanda bahaya, maka lalu lintas di bagian jalan yang rentan akan dihentikan.
Perangkat ini dapat memprediksi pergerakan pada lereng tertentu.
Tantangan-tantangan ilmiah
British Geological Survey mengatakan membuat penilaian risiko di wilayah yang luas dengan begitu banyak lereng merupakan hal sangat sulit.
“Meskipun banyak kemajuan signifikan dalam kemampuan memprediksi tanah longsor, masih diperlukan penelitian untuk meningkatkan pemahaman kita dan mengembangkan model peramalan yang lebih baik,” ujar British Geological Survey dalam pernyataanya,
Mereka menambahkan tingkat ketidakpastian akan senantiasa ada karena sifat bentang alam yang menantang.