Nikmati berita interaktif dan LIVE report 24 jam hanya di TribunX
Tribun

Bos Intel Rusia Peringatkan Waspadai Aksi Biden Sebelum Lengser, Sebut-sebut Asia Tenggara

Rusia menuding bahwa Presiden Amerika Serikat Joe Biden dengan para sekutunya

Editor: Hendra Gunawan
zoom-in Bos Intel Rusia Peringatkan Waspadai Aksi Biden Sebelum Lengser, Sebut-sebut Asia Tenggara
AFP/BRENDAN SMIALOWSKI
Presiden AS Joe Biden 

 

TRIBUNNEWS.COM -- Rusia menuding bahwa Presiden Amerika Serikat Joe Biden dengan para sekutunya ingin mewariskan ketegangan level tinggi di dunia.

Bukan hanya pada Rusia yang sedang berkecamuk, AS diduga juga akan menciptakan ketegangan ke semua belahan bumi hingga ke ASEAN.

Alexander Bortnikov, Kepala Dinas Keamanan Federal (FSB) Rusia mengatakan, ia menduga tim Biden yang akan lengser akan berusaha untuk meningkatkan ketegangan sebanyak mungkin di wilayah-wilayah Eurasia yang menjadi kunci bagi Amerika, terutama di negara-negara pasca-Soviet, Timur Tengah, dan Asia Tenggara.

Baca juga: 350 Prajurit Berjatuhan di Pokrovsk Dalam Sehari, Rusia Semakin Menekan Pusat Logistik Donbass

Menurutnya, Biden dengan Inggris sekarang telah secara terang-terangan mencampuri hubungan sekutu dalam Commonwealth of Independent States (CIS).

Bos intel Rusia ini mengatakan mereka berusaha menghalangi Commonwealth of Independent States persemakmuran di timur Eropa tersebut.

"Mereka berusaha merusak upaya bersama kita untuk memastikan keamanan dan stabilitas di seluruh Persemakmuran," kata Bortnikov dikutip dari TASS, Selasa (26/11/2024).

Berita Rekomendasi

CIS atau Persemakmuran Negara-negara Merdeka terdiri dari Azerbaijan, Armenia, Belarus, Kazakhstan, Kyrgyzstan, Moldova, Rusia, Tajikistan, Turkmenistan, Uzbekistan, Ukraina.

Ia menuding Barat sedang memecah belah CIS dengan meningkatkan eskalasi ketegangan wilayah.

Menurutnya, jika kebijakan tersebut telah diterapkan, maka pemerintah penerusnya yaitu Donald Trump tidak akan bisa mengubah kebijakannya, jika ketegangan level tinggi telah terjadi.

Baca juga: Rusia Ancam Perang ke Korea Selatan Kalau Berani Kirim Senjata ke Ukraina

"Pemilihan presiden AS yang baru tidak mungkin mengarah pada perubahan radikal dalam kebijakan luar negeri Washington," ungkapnya pada pertemuan ke-20 para kepala badan keamanan dan intelijen negara-negara Persemakmuran Negara-negara Merdeka (CIS), yang saat ini sedang berlangsung di Moskow.

"Tujuan utama mereka adalah untuk mempersulit pilihan pemerintahan berikutnya untuk menyelesaikan masalah yang semakin meningkat," imbuhnya.

Menurut kepala FSB, Amerika Serikat, Inggris, dan sekutu-sekutunya akan terus berusaha untuk secara terang-terangan mencampuri hubungan sekutu dalam CIS, menghalangi proses integrasi, dan merusak upaya bersama kita untuk memastikan keamanan dan stabilitas di seluruh Persemakmuran.

"Tidak diragukan lagi, kita semua perlu bersiap menghadapi segala jenis provokasi," pungkas Bortnikov.

Pemerintahan Joe Biden akan berakhir pada 20 Januari 2025 mendatang dan diganti oleh pemenang Pilpres AS 2024 yaitu Donald Trump.

Namun saat ini Biden masih punya kuasa penuh terhadap pemerintahan AS.

Hal tersebut dimanfaatkan biden dengan kennijakan memberikan bantuan militer ke Ukraina yang sedang dicabik perang

Kebijakan paling gres adalah mencabut larangan Ukraina menembakkan rudal jarak jauhnya ke wilayah Rusia.

Kini Ukraina pun bebas menembakkan tiga rudak jarak jauhnya ke wilayah Rusia yaitu ATACMS buatan AS, Storm Shadow buatan Inggris dan SCALP buatan Prancis.

 

Dapatkan Berita Pilihan
di WhatsApp Anda
Baca WhatsApp Tribunnews
Tribunnews
Ikuti kami di
© 2024 TRIBUNnews.com,a subsidiary of KG Media. All Right Reserved
Atas