S-400 Rusia di Kursk Hancur Jadi Abu Dihantam Serangan Kejutan Rudal ATACMS Ukraina Pasokan Amerika
S-400 Rusia, meski merupakan salah satu sistem pertahanan terkuat di dunia, punya keterbatasan signifikan dalam melawan rudal seperti ATACMS Amerika
Penulis: Hasiolan Eko P Gultom
Rudal ATACMS memiliki penampang radar yang kecil, sehingga sulit dideteksi oleh radar tradisional, terutama saat terbang pada ketinggian rendah dekat dengan tanah.
"Ketinggian rendah ini menjadi kelemahan sistem S-400 yang menghadapi masalah dengan sensornya yang melemah," tulis ulasan BM.
Dari sudut pandang militer, salah satu kelemahan utama S-400 saat berhadapan dengan ATACMS adalah waktu reaksinya.
Rudal ATACM dirancang untuk melakukan manuver cepat, yang dapat membuatnya tidak terdeteksi oleh lintasan yang dilacak sistem.
Selain itu, selain kecepatannya yang tinggi, mereka dapat beroperasi dalam kondisi peperangan elektronik, yang dapat menghambat operasi efektif sistem pertahanan udara.
Dari perspektif operasional, S-400 memiliki kemampuan untuk mendeteksi dan menghancurkan berbagai target udara, tetapi ia bergantung pada parameter ancaman yang telah ditetapkan sebelumnya.
Artinya, dengan rudal seperti ATACMS, yang digunakan untuk serangan mendadak dan berkecepatan tinggi, sistem mungkin tidak punya cukup waktu untuk melacak dan mengoreksi ancaman dengan tepat.
"Sementara S-400 efektif terhadap rudal balistik dan pesawat tradisional, jenis proyektil baru yang dirancang untuk lintasan yang cepat, mudah dideteksi, dan tidak dapat diprediksi mempersulit kemampuan sistem untuk merespons secara real-time dan memberikan tindakan pencegahan yang andal," kata laporan itu.
Invasi Rusia ke Ukraina pada 2022
Pada tanggal 21 Februari 2022, Rusia menyatakan kalau fasilitas perbatasannya diserang oleh pasukan Ukraina, yang mengakibatkan tewasnya lima pejuang Ukraina.
Namun, Ukraina dengan cepat menepis tuduhan tersebut, dan menyebutnya sebagai 'false flags' .
Dalam sebuah langkah penting pada hari yang sama, Rusia mengumumkan bahwa mereka secara resmi mengakui wilayah DPR dan LPR yang memproklamirkan diri merdeka dari Ukraina.
Menariknya, menurut Presiden Rusia Putin, pengakuan ini mencakup semua wilayah Ukraina.
Setelah deklarasi ini, Putin mengirim satu batalion pasukan militer Rusia, termasuk tank, ke wilayah-wilayah ini.
Maju cepat ke tanggal 24 Februari 2022, berita utama global didominasi oleh sebuah insiden penting. Putin memerintahkan serangan militer besar-besaran terhadap Ukraina.
Dipimpin oleh Angkatan Bersenjata Rusia yang ditempatkan di perbatasan Ukraina, serangan ini tidak spontan tetapi merupakan tindakan yang direncanakan sebelumnya.
Meskipun situasinya menyerupai agresi dan invasi, pemerintah Rusia menahan diri untuk tidak menggunakan istilah ini. Mereka lebih suka menyebutnya sebagai "operasi militer khusus".