Jenderal Rusia Igor Kirillov Tewas Dibom, FSB Tangkap Warga Uzbekistan yang Direkrut Ukraina
Dinas Keamanan Federal Rusia (FSB) menangkap tersangka yang merupakan seorang warga negara Uzbekistan berusia 29 tahun.
Penulis: Andari Wulan Nugrahani
Editor: Tiara Shelavie
TRIBUNNEWS.COM - Jenderal Igor Kirillov, Kepala Pasukan Perlindungan Radiasi, Kimia, dan Biologi Rusia, tewas dalam serangan bom yang terjadi baru-baru ini.
Dinas Keamanan Federal Rusia (FSB) menangkap tersangka yang merupakan seorang warga negara Uzbekistan berusia 29 tahun.
FSB Rusia melakukan operasi gabungan dengan Kementerian Dalam Negeri dan Komite Investigasi Rusia untuk mengidentifikasi dan menangkap pelaku.
Hasilnya, seorang pria kelahiran 1995 berhasil ditangkap setelah meledakkan alat peledak rakitan di dekat bangunan tempat tinggal di Jalan Ryazansky, Moskow.
Dikutip dari TASS, pelaku direkrut oleh dinas khusus Ukraina untuk melancarkan serangan ini.
Menurut laporan dari FSB, pelaku dijanjikan hadiah sebesar 100.000 dollar AS dan perjalanan ke salah satu negara Uni Eropa sebagai imbalan atas aksinya.
Serangan tersebut tidak hanya menewaskan Jenderal Kirillov, tetapi juga asistennya, Mayor Polikarpov, yang lahir pada tahun 1983.
Keterlibatan warga negara asing dalam serangan ini menunjukkan adanya jaringan internasional yang mungkin terlibat dalam konflik ini, yang selanjutnya dapat memicu ketegangan lebih lanjut antara Rusia dan Ukraina.
SBU Akui Bunuh Jenderal Rusia Igor Kirillov di Moskow
SBU mengonfirmasi bahwa mereka bertanggung jawab atas kematian Letjen Igor Kirillov, jenderal senior Rusia, yang tewas dalam serangan bom jarak jauh di Moskow pada Selasa (17/12/2024).
Serangan tersebut terjadi saat Kirillov sedang dalam perjalanan menuju kantornya.
Baca juga: Perang Rusia-Ukraina Hari ke-1029: Kontroversi Senjata Kimia Letnan Jenderal Igor Kirillov
Serangan dilakukan dengan menggunakan bom yang disembunyikan di skuter yang diparkir di luar gedung apartemen tempat Kirillov tinggal.
Kirillov, 54 tahun, telah menjadi sasaran sanksi dari beberapa negara, termasuk Inggris dan Kanada, akibat tindakannya dalam konflik yang berlangsung hampir tiga tahun di Ukraina.
Pada hari Senin (16/12/2024) sebelum serangan, SBU mengumumkan bahwa mereka telah membuka penyelidikan kriminal terhadap Kirillov, menuduhnya memerintahkan penggunaan senjata kimia terlarang.
Penggunaan Senjata Kimia
Dikutip dari VOA, SBU mencatat bahwa sejak invasi Rusia ke Ukraina dimulai pada Februari 2022, terdapat lebih dari 4.800 insiden penggunaan senjata kimia oleh Rusia di medan perang.
Pada Mei lalu, Departemen Luar Negeri AS juga mengonfirmasi penggunaan racun kloropikrin, yang merupakan racun gas yang pertama kali digunakan dalam Perang Dunia I, terhadap pasukan Ukraina.
Rusia sendiri membantah tuduhan tersebut, malah menuduh Ukraina menggunakan bahan beracun dalam pertempuran.
Kirillov, yang telah menjabat sejak 2017, dikenal luas karena sering melontarkan tuduhan terhadap Kyiv terkait penggunaan senjata kimia.
Dengan kematian Kirillov, ketegangan antara Ukraina dan Rusia semakin meningkat, menandai langkah signifikan dalam konflik yang terus berkepanjangan.
(Tribunnews.com, Andari Wulan Nugrahani)