Turki Diam-diam Rencanakan Struktur Pararel Memerintah Suriah, Menlu Iran Tak Kaget Assad Tumbang
Pemerintah Turki secara diam-diam telah meluncurkan rencana untuk mendirikan struktur bayangan paralel untuk memerintah Suriah
Penulis: Facundo Chrysnha Pradipha
Editor: Pravitri Retno W
Beberapa nama yang sudah beredar di gedung-gedung Ankara termasuk Ahmad Moaz al-Khatib, mantan imam Masjid Umayyah di Damaskus, yang memimpin blok oposisi Suriah, Dewan Nasional Suriah (SNC), dari Turki antara tahun 2012 dan 2013.
Tokoh penting lainnya adalah Riyad Farid Hijab, mantan perdana menteri Suriah yang membelot ke Turki pada 2012 dan kemudian mengambil alih peran sebagai kepala oposisi Suriah untuk memimpin negosiasi dalam proses Jenewa pada 2015, sebelum mengundurkan diri dari jabatan tersebut.
Khaled Khoja (Halid Hoca), seorang warga negara Turki Suriah yang memperoleh kewarganegaraan Turki dan mengubah namanya menjadi Alptekin Hocaoğlu, adalah tokoh penting lainnya yang terlibat dalam upaya ini.
Khoja memimpin kelompok oposisi yang berpusat di Istanbul, SNC, antara tahun 2015 dan 2016.
Namun, hubungannya dengan Erdogan mungkin tegang, karena Khoja kemudian bergabung dengan Partai Masa Depan Turki, yang dipimpin oleh Ahmet Davutoğlu, yang telah berpisah dengan Erdogan.
George Sabra, seorang politikus Kristen Suriah yang memimpin SNC pada 2012, adalah nama lain yang sedang dipertimbangkan oleh pemerintah Turki.
Sabra meninggalkan SNC pada 2018 dan saat ini tinggal di Paris.
Potensi keterlibatannya dalam pemerintahan sementara dapat meningkatkan legitimasinya dan membantu menangkal kritik bahwa Suriah berisiko diperintah oleh tokoh-tokoh jihadis.
Aref Dalila, ekonom Suriah yang kritis terhadap rezim Assad meskipun berasal dari latar belakang Alawite yang sama, saat ini tinggal di Uni Emirat Arab.
Meskipun tidak jelas apakah Dalila bersedia berpartisipasi, namanya dilaporkan sedang dipertimbangkan di Ankara. Abdulbaset Sieda, politisi Kurdi-Suriah yang sempat memimpin SNC, juga disukai oleh pemerintah Erdogan karena penentangannya terhadap Partai Pekerja Kurdistan dan afiliasinya di Suriah.
Turki telah mengumpulkan sekelompok elit warga Suriah yang dipilih dari sekitar 3 juta pengungsi Suriah di negara itu, dengan rencana untuk mengirim mereka kembali ke Suriah.
Banyak yang telah didorong untuk kembali ke provinsi, kota, dan kota kecil untuk membantu mengonsolidasikan perolehan pasukan pemberontak.
Menurut Kementerian Dalam Negeri Turki, 7.621 warga Suriah kembali ke Suriah antara tanggal 9 dan 13 Desember, dan lebih banyak lagi yang diperkirakan akan tiba dalam beberapa hari mendatang.
Langkah lain yang dipertimbangkan Turki adalah mencapai kesepakatan cepat dengan pemerintah sementara untuk melegalkan keberadaan pasukannya di wilayah Suriah.