Israel Cari Musuh Baru, Kirim Pesan ke HTS Ogah Mundur dari Suriah: IDF Bangun 7 Titik Militer
tentara Israel mendirikan 7 titik militer permanen di sepanjang jalur penyangga (dengan Suriah) di pedesaan Damaskus, Daraa, dan Quneitra.
Penulis: Hasiolan Eko P Gultom
Israel Cari Musuh Baru, Kirim Pesan ke HTS Ogah Mundur dari Wilayah Suriah
TRIBUNNEWS.COM - Dengan dalih keamanan, Israel menginformasikan, melalui surat yang dikirimkannya kepada penguasa baru Suriah, kalau mereka tidak akan mundur dari wilayah yang didudukinya di Suriah pasca-penggulingan rezim pemerintahan Bashar al-Assad.
Sebelumnya, penguasa baru Suriah, Hayat Tahrir al-Sham melalui pemimpinnya, Ahmed al-Shara yang tenar dengan nama Abu Mohammed al-Jolani (al-Julani) telah mengirim pesan 'moderat' ke Israel, sekitar seminggu yang lalu.
Baca juga: Pasukan Israel Ada di Puncak Gunung Hermon Sepanjang Musim Dingin, Siapa Pengendali Suriah Sekarang?
Al-Julani dalam pesan itu menyatakan kalau dia tidak berniat berkonflik dengan Israel.
Belakangan, seperti dilansir media Israel, Yedioth Ahronoth, Tel Aviv menyampaikan pesan ke HTS kalau mereka tidak akan menarik mundur pasukan Israel.
"Kepada penguasa baru otoritas di Damaskus, Israel menyatakan: Kami tidak akan menerima upaya apa pun yang dilakukan para jihadis untuk mencapai Suriah selatan," begitu tulis laporan tersebut, dilansir Khaberni, Senin (23/12/2024).
Israel menambahkan pernyataannya dengan menuliskan, "Jika tampaknya ada pihak yang bertanggung jawab di Suriah, kami akan mempertimbangkan untuk memindahkan zona penyangga ke Suriah. Tapi selama tidak ada, kami akan terus mengkhawatirkan keamanan kami."
Beberapa hari kemudian, Al-Julani mengatakan bahwa bahkan setelah rezim Assad digulingkan, Suriah akan terus mematuhi Perjanjian Pemisahan Pasukan tahun 1974.
Julani juga meminta komunitas internasional untuk memastikan bahwa Israel akan tetap berkomitmen terhadap perjanjian tersebut.
Sementara itu, di Tel Aviv, mereka menambahkan dalam pesannya kalau tentara Israel memasuki zona penyangga karena alasan terkait pertahanan dan keamanan Israel, karena takut dan bersiap menghadapi kemungkinan kejadian serupa seperti yang terjadi pada 7 Oktober 2023.
“Kami tidak akan membiarkan hal ini terjadi,” jelas mereka.
Sikap keras Israel ini, meski didahului oleh pesan perdamaian oleh HTS, dikhawatirkan akan menghasilkan musuh baru bagi militer Israel (IDF).
Dalam rapat kabinet politik dan keamanan Israel yang diadakan Minggu pagi di Komando Utara, para peserta membahas situasi di Suriah dan Lebanon, dan terdapat tinjauan mendalam atas tinjauan yang mereka terima.
Penilaian di Israel adalah bahwa para pemberontak berusaha menampilkan gambaran tertentu kepada dunia Barat, namun di Tel Aviv mereka tetap membuka mata terhadap apa yang terjadi di Suriah.
Sejak jatuhnya rezim Bashar al-Assad, Israel menduduki zona penyangga kedua negara, dengan dalih menetralisir ancaman.
Saluran Lebanon Al-Mayadeen melaporkan bahwa tentara Israel mendirikan 7 titik militer permanen di sepanjang jalur penyangga (dengan Suriah) di pedesaan Damaskus, Daraa, dan Quneitra.
Sumber yang sama juga melaporkan bahwa Titik 1 dan 2, yang terletak di wilayah Jabal al-Sheikh, “menghadap Damaskus dan pedesaan baratnya.”
Nilai HTS Serigala Berbulu Domba
Pejabat Israel, Sharren Haskel, menuduh pemimpin Hayat Tahrir al-Sham (HTS), Mohammed al-Julani, sebagai "serigala berbulu domba".
Dalam konferensi pers pada Selasa, 17 Desember 2024, Haskel mengingatkan publik untuk tidak tertipu oleh citra al-Julani dan HTS, yang dia sebut sebagai organisasi teroris yang berbahaya bagi Barat, sebagaimana dilaporkan Times of Israel.
Serangan Israel di Suriah
Di hari yang sama, Israel melancarkan serangan di Saida, Golan yang diduduki, serta desa Muqraz di perbatasan administratif antara Daraa dan Quneitra.
Dalam enam hari berturut-turut, Israel semakin maju ke wilayah Suriah, dan kini dilaporkan menguasai bagian Gunung Hermon.
Pasukan Pertahanan Israel (IDF) juga mengambil alih zona penyangga di Dataran Tinggi Golan dan merampas sumber daya air tawar utama di Cekungan Yarmouk, menunjukkan pergeseran strategis dalam kontrol infrastruktur penting.
HTS Meminta Israel Mundur
Sementara itu, Mohammed al-Julani, yang lebih suka dipanggil dengan nama lahirnya Ahmed al-Sharaa, menegaskan bahwa ia tidak akan membiarkan Suriah menjadi landasan perang terhadap Israel atau negara manapun.
Dalam wawancara eksklusif dengan The Times pada 16 Desember 2024, al-Julani meminta Israel untuk menghentikan serangan udara dan menarik diri dari wilayah Suriah yang diduduki.
"Kami tidak menginginkan konflik apapun, baik dengan Israel maupun pihak lain," tegasnya.
Tumbangnya Rezim al-Assad
Rezim Presiden Suriah Bashar al-Assad mengalami kehancuran setelah puluhan tahun berkuasa, dengan jatuhnya ibu kota Damaskus ke tangan oposisi pada 7 Desember 2024.
Kelompok oposisi bersenjata telah berjuang untuk menjatuhkan rezim al-Assad, dan setelah bentrokan meningkat pada 27 November 2024, rezim al-Assad kehilangan kendali atas banyak wilayah.
Dengan penyerahan Damaskus, rezim al-Assad yang telah berkuasa selama 61 tahun resmi berakhir, dan al-Assad bersama keluarganya diketahui melarikan diri dari Suriah.
(oln/khbrn/*)