Serangan di Gaza: 70 Warga Palestina Tewas Saat Biden Jual Senjata
Krisis di Gaza semakin memburuk setelah Biden setujui penjualan senjata ke Israel.
Penulis: Andari Wulan Nugrahani
Editor: timtribunsolo
TRIBUNNEWS.COM - Pada Sabtu, 4 Desember 2025, pasukan Israel melancarkan serangan yang menyebabkan tewasnya sedikitnya 70 warga Palestina dalam 30 insiden terpisah di Jalur Gaza.
Menurut laporan dari petugas medis dan tim penyelamat, banyak di antara korban adalah anak-anak.
Salah satu serangan udara yang terjadi di Kota Gaza, utara Jalur Gaza, menyebabkan sedikitnya 17 korban tewas.
Di tempat lain, serangan yang menargetkan rumah keluarga Al-Ghoul merenggut 11 nyawa, termasuk tujuh anak.
Tim penyelamat juga mencatat adanya korban tewas lainnya dan orang-orang yang terjebak di bawah reruntuhan bangunan akibat serangan yang berkelanjutan.
Serangan terhadap kamp pengungsi Jabalia menewaskan lima warga Palestina dan melukai banyak lainnya.
Di Khan Younis, enam penjaga keamanan Palestina yang berupaya memberikan bantuan kemanusiaan juga tewas dalam serangan yang dilancarkan pesawat nirawak.
Apa Dampak Penjualan Senjata ke Israel oleh AS?
Di tengah meningkatnya jumlah korban jiwa dan kerusakan besar di Gaza, pemerintahan Presiden AS Joe Biden baru saja menyetujui penjualan senjata senilai 8 miliar dollar ke Israel.
Kesepakatan ini, menurut laporan dari Palestine Chronicle, mencakup pengiriman peluru artileri, rudal Hellfire, bom berdiameter kecil, dan hulu ledak seberat 500 pon.
Semua amunisi tersebut direncanakan untuk mendukung keamanan jangka panjang Israel.
Seorang pejabat Departemen Luar Negeri AS menjelaskan bahwa mereka telah memberi tahu Kongres mengenai usulan penjualan amunisi tersebut, yang bertujuan untuk mengisi kembali stok amunisi penting serta meningkatkan kemampuan pertahanan udara Israel.
Paket senjata yang direncanakan juga akan mencakup amunisi untuk pesawat tempur dan helikopter serang.
Mengapa Keputusan Ini Kontroversial?
Keputusan untuk menyuplai senjata ke Israel muncul pada saat serangan yang dimulai pada 7 Oktober 2023 telah menyebabkan bencana kemanusiaan yang belum pernah terjadi sebelumnya.
Serangan tersebut terus memakan korban jiwa dan menghancurkan infrastruktur di Gaza, sementara bantuan kemanusiaan sulit mencapai mereka yang terkena dampak.
Kirim Komentar
Isi komentar sepenuhnya adalah tanggung jawab pengguna dan diatur dalam UU ITE.