Nikmati berita interaktif dan LIVE report 24 jam hanya di TribunX
Tribun
BBC

Apa yang terjadi di otak saat kita scrolling layar ponsel tanpa henti, dan bagaimana mencegahnya jadi masalah akut?

Kebiasaan scrolling layar ponsel sudah menjadi bagian dari kehidupan sehari-hari banyak orang. Ini bisa terjadi karena otak kita secara…

zoom-in Apa yang terjadi di otak saat kita scrolling layar ponsel tanpa henti, dan bagaimana mencegahnya jadi masalah akut?
BBC Indonesia
Apa yang terjadi di otak saat kita scrolling layar ponsel tanpa henti, dan bagaimana mencegahnya jadi masalah akut? 

Ada pusat saraf tertentu yang merespons hal-hal menyenangkan, entah seks, obat-obatan, atau kemenangan besar di kasino, dan hal-hal semacam ini diharapkan terjadi lagi dan lagi.

"Mereka mencari hal baru, kenikmatan berikutnya, apa pun yang benar-benar dapat kita nikmati," kata Éilish Duke.

Ini dikenal sebagai sistem pengimbalan otak, dan ini adalah mekanisme yang sama persis dengan yang membuat seseorang tergantung pada zat seperti alkohol.

"Bagi banyak orang, hal baru itu datang dalam bentuk ponsel kita."

Media sosial, khususnya, selalu menawarkan sesuatu yang baru dan menyenangkan, entah dalam bentuk foto, video, berita, ataupun pesan.

Namun, ada bagian otak lain yang melawan dorongan untuk mencari kesenangan dan imbalan langsung semacam ini: korteks prefrontal.

Ini adalah wilayah otak yang bertanggung jawab membuat kita mengambil keputusan yang tidak terlalu impulsif dan lebih seimbang.

Berita Rekomendasi

Karena itu, kita bisa berhenti menggulirkan layar ponsel, bangkit dari sofa, dan memutuskan untuk merapikan rumah atau berolahraga, misalnya.

Namun, kedua fungsi otak ini tidak selalu berjalan seimbang.

Yang kerap terjadi pada banyak orang, bagian logis otak tidak melakukan tugasnya dengan baik dan justru kewalahan menghadapi dorongan untuk mengejar kesenangan, kata Duke.

Di anak-anak muda, yang terjadi bahkan bisa lebih parah lagi.

"Apa yang kita lihat pada remaja adalah sistem pengimbalan otaknya berada dalam keadaan siaga tinggi, siap untuk bekerja sepanjang waktu," ujar Duke.

"Namun, korteks prefrontalnya belum selesai berkembang hingga usia 23 atau 24 tahun, sehingga ia tidak bisa benar-benar mengendalikan impuls tertentu, seperti untuk memainkan ponsel."

Distorsi waktu

Halaman
1234
Sumber: BBC Indonesia
BBC
Dapatkan Berita Pilihan
di WhatsApp Anda
Baca WhatsApp Tribunnews
Tribunnews
Ikuti kami di
© 2025 TRIBUNnews.com,a subsidiary of KG Media. All Right Reserved
Atas