Waspadai Bahaya Ketulian Akibat Radang Telinga Tengah
Otitis Media sering terjadi pada bayi dan anak – anak karena keadaan saluran tuba-nya lebih lurus, dekat dan lebar,
Editor: Budi Prasetyo
TRIBUNNEWS.COM.JAKARTA- Otitis Media sering terjadi pada bayi dan anak – anak karena keadaan saluran tuba-nya lebih lurus, dekat dan lebar, serta kekebalan tubuhnya belum sempurna. Karena itu ketika terjadi infeksi di saluran pernapasan atas, misalnya batuk pilek atau influenza maka kuman akan lebih leluasa untuk mencapai rongga tengah.
Hal ini diutarakan Prof. Dr. Zainul A. Djaafar, Sp.THT-KL (K) Spesialis Telinga, Hidung &Tenggorok Rumah Sakit Khusus THT – Bedah KL Proklamas dalam kegiatan edukasi kesehatan SOHO #BetterU, dengan peserta jurnalis yang dapat menyebarluaskan kepada masyarakat. Mengambil momentum hari kesehatan teinga sedunia yang jatuh pada 3 Maret 2015,
SOHO #BetterU kali ini mengambil tema “Kenali dan Waspada Gangguan Pendengaran/Ketulian Akibat Radang Telinga Tengah”
Radang telinga tengah (otitis media) atau yang lebih dikenal dengan istilah “congek” adalah peradangan yang terjadi pada telinga bagian tengah, dapat bersifat akut atau kronis.
Peradangan ini biasanya diawali dengan infeksi saluran pernafasan atas (ISPA) seperti radang tenggorokan atau pilek yang menyebar ke telinga bagian tengah melalui saluran eustachius. Saluran eustachius adalah saluran yang menghubungkan telinga bagian tengah dengan rongga di belakang hidung dan tenggorokan bagian atas.
Otitis Media terbagi menjadi 2 jenis, yaitu radang telinga akut (otitis media akut) atau keadaan dimana terdapat cairan yang menghambat saluran di dalam telinga yang disertai gejala infeksi oleh bakteri yang melalui saluran eustachius, sehingga terjadi pembengkakan di sekitar saluran, kemudian tersumbatnya saluran dan terbentuknya nanah di dalam telinga tengah akibat perlawanan sel darah putih terhadap bakteri. Pembengkakan di sekitar saluran eustachius juga menyebabkan lendir yang dihasilkan sel-sel di telinga tengah yang terkumpul di belakang gendang telinga. Otitis media akut ini biasanya terjadi secara tiba-tiba dan berdurasi pendek.
Jika otitis media akut tidak sembuh atau berlanjut lebih dari 2 bulan maka akan berubah menjadi radang telinga tengah kronis (otitis media kronis). Beberapa faktor penyebabnya adalah terapi terlambat, atau terapi tidak efektif, atau daya serang kuman tinggi, serta daya tahan tubuh rendah atau kebiasaan buruk. Kondisi ini dapat merusak telinga tengah dan gendang telinga serta mengurangi pendengaran.
Meski dapat diderita oleh orang dewasa, Otitis Media justru lebih rentan diderita oleh anak anak, berdasarkan data survey dari WHO ( World Health Organization ), diperkirakan 90 persen manusia pernah mengalami setidaknya satu episode Otitis Media terjadi sebelum umur 2 tahun dan puncak insidens kedua adalah tahun pertama sekolah dasar.
Hal ini dikarenakan saluran tuba di telinga tengah, yang menghubungkan dengan tenggorokan memiliki jarak yang sangat dekat dan datar, karena itu jika anak-anak menderita ISPA maka resiko terserang Otitis Media pun akan besar.
Gejala Otitis Media pun dibagi berdasarkan jenisnya, pada otitis media akut ditandai dengan rasa nyeri pada telinga, gangguan pendengaran, pusing, demam, gangguan keseimbangan, dan gelisah. Sedangkan pada otitis media kronik gejala yang timbul adalah telinga berair ( congek ), gangguan pendengaran, otalgia ( nyeri telinga ), serta vertigo. Otitis Media Kronik inilah yang dapat menyebabkan hilangnya pendengaran.
Beberapa langkah yang bisa diambil untuk mencegah terjadinya Otitis Media pada anda dan anak anda adalah, selalu menjaga kondisi kesehatan dengan berolahraga teratur dan asupan gizi yang seimbang agar anda dan anak anda terhindar dari penyakit infeksi saluran pernafasan atas.
Menjaga daya tahan tubuh serta kebersihan diri seperti mencuci tangan sebelum makan dan setelah buang air. Menjaga kebersihan udara khususnya di rumah dengan ventilasi yang cukup, dan selalu hindari asap rokok. Khusus untuk bayi langkah yang dapat dilakukan sedikit berbeda yaitu: pemberian ASI minimal selama 6 bulan, serta hindari memberikan susu di botol ketika bayi sedang berbaring.