Anak Mulai Gampang Gelisah, Hati-hati Mungkin Gejala ADHD
Kenali gejala Attention Deficit and Hyperactivity Disorder (ADHD) atau yang biasa dikenal sebagai gangguan pemusatan perhatian disertai hiperaktif
Editor: Anita K Wardhani
TRIBUNNEWS.COM, SOLO - ATTENTION Deficit and Hyperactivity Disorder (ADHD) atau yang biasa dikenal sebagai gangguan pemusatan perhatian disertai hiperaktif mulai dimasukkan sebagai salah satu gangguan kesehatan di dalam buku Diagnostic & Statistic Manual 2nd Edition (DSM II) pada tahun 1968 dengan jenis gangguan hyperkinetic.
Sejak itu, pengkategorian gangguan ini mengalami perkembangan, hingga sekarang dikenal sebagai ADHD. Hingga saat ini prevalensi gangguan ADHD mencapai angka 5 persen dari populasi anak di dunia, termasuk di Indonesia.
Dosen Fakultas Psikologi Universitas Muhammadiyah Surakarta (UMS), Susatyo Yuwono S Psi, MSi, Psi mengatakan gangguan ini salah satu ciri utamanya adalah tidak ada perhatian anak pada sesuatu hal. Gejala ini mulai bisa dikenali sejak usia anak 6 bulan.
Gejala kedua adalah gejala hiperaktif dan impulsif, yaitu munculnya 6 atau lebih gejala pada anak hingga usia 16 tahun, atau 5 gejala atau lebih pada usia 17 tahun ke atas.
Gejala ini juga sudah mulai bisa dikenali sejak usia 6 bulan. Gejala ini meliputi gelisah dengan memainkan tangan atau kaki. Meninggalkan kursi saat seharusnya tetap duduk dan tak mau diam dengan terus berlari.
“Gejala lainnya adalah tidak mampu bermain bersama secara tenang, selalu siap pergi apabila melihat atau mendengar suara motor, sering berkomentar atau berbicara. Lalu tergesa-gesa menjawab sebelum pertanyaan selesai, tidak sabar menunggu giliran dan sering menyela pembicaraan orang lain. Gejala-gejala tersebut muncul sebelum usia 12 tahun, dengan gejala yang muncul dapat bervariasi,” terangnya.
Lanjut Susatyo, sehubungan dengan hal tersebut, jenis gangguan ADHD dapat muncul dalam 3 macam gangguan. “Di antaranya gangguan pemusatan perhatian, gangguan hiperaktif-impulsif, dan gangguan kombinasi pemusatan perhatian dan hiperaktif-impulsif,“ lanjutnya.
Perihal penyebab gangguan ADHD, lanjutnya, diyakini meliputi beberapa faktor antara lain faktor genetik, faktor fisik, dan faktor lingkungan. (Dwi Hastuti/Joglo Semar)