Nikmati berita interaktif dan LIVE report 24 jam hanya di TribunX
Tribun Kesehatan

Tiga Faktor Ini Memicu Tingginya Kematian Penderita Kanker Payudara

Sebanyak 70 persen pasien mengalami kematian atau kesulitan keuangan dalam 12 bulan setelah terdiagnosis kanker

Penulis: Eko Sutriyanto
zoom-in Tiga Faktor Ini Memicu Tingginya Kematian Penderita Kanker Payudara
Thinkstockphotos
Ilustrasi 

TRIBUNNEWS.COM, JAKARTA - Hasil dari studi Asean Costs in Oncology (ACTION) menunjukkan fasilitas terbatas, pengetahuan yang rendah, dan diagnosis yang terlambat merupakan faktor-faktor yang dapat menyebabkan tingginya kemungkinan kematian dan beban ekonomi yang besar.

Pasien stadium III dan IV memiliki risiko kematian dua kali lipat lebih besar dibandingkan pasien yang terdiagnosis pada stadium I.

"Sebanyak 70 persen pasien mengalami kematian atau kesulitan keuangan dalam 12 bulan setelah terdiagnosis kanker," kata Prof dr Hasbullah Thabrany MPH Dr PH, peneliti utama ACTION di Jakarta, Kamis (20/10/2016).

Dikatakan Guru Besar Fakultas Kesehatan Masyarakat Universitas Indonesia ini lebih dari 40 persen penderita yang bertahan hidup mengalami kesulitan keuangan dalam 12 bulan.

Kanker payudara merupakan salah satu dari lima jenis kanker terbanyak yang ditemukan di Indonesia.

Oleh sebab itu, ketersediaan rencana aksi pengendalian kanker nasional sangat dinantikan, dan menjadi pilar mendasar untuk terciptanya lebih banyak inisiatif serta aksi dalam mengembangkan pencegahan, deteksi, dan terapi kanker di Indonesia.

Hasbullah menerangkan bahwa deteksi dini untuk mencegah pasien dengan stadium lanjut, khususnya kanker payudara, sangat penting untuk diupayakan karena dapat mengurangi biaya terapi kanker.

Berita Rekomendasi

"Baik bagi pemerintah, pihak asuransi, pribadi, dan rumah tangga, pada akhirnya akan meningkatkan produktivitas ekonomi," katanya.

Selain itu, meningkatkan kesadaran masyarakat mengenai pencegahan, gejala dan tatalaksana terapi kanker, khususnya kanker payudara, juga harus menjadi aksi yang berkesinambungan dari pemerintah Indonesia.

"Termasuk di dalam kesadaran masyarakat ini adalah aktivitas yang sehat, pola makan yang sehat, gaya hidup sehat, dan berhenti merokok," katanya.

Prof. DR. dr. Aru Wisaksono Sudoyo, Sp.PDl-KHOM, Ketua Perhimpunan Onkologi Indonesia, menyatakan bahwa saat ini pusat penanganan kanker di Indonesia terbatas hanya di rumah sakit besar yang terletak di kota-kota besar.

"Jumlah dokter spesialis kanker dan peralatan medis yang terbatas adalah salah satu penyebab pemberian terapi kurang optimal," katanya.

Oleh karena itu, pelayanan kanker terpadu, yakni penyelenggaraan pelayanan kanker secara komprehensif di rumah sakit sehingga pasien kanker memperoleh pelayanan kesahatan yang bermutu, harus benar-benar dijalankan di Indonesia.

"Salah satunya adalah dengan menguatkan upaya sistem rujukan agar pasien tidak berkumpul dan menumpuk di rumah sakit provinsi serta mendekatkan akses pelayanan," katanya.

Dapatkan Berita Pilihan
di WhatsApp Anda
Baca WhatsApp Tribunnews
Tribunnews
Ikuti kami di
© 2025 TRIBUNnews.com,a subsidiary of KG Media. All Right Reserved
Atas