Terungkap Rahasia Mengapa Bau Keringat Putri Keraton Itu Wangi
Hanya dengan memakan buah itu yang sudah masak, para putri ini sudah bisa berbau bunga violces. Keringatnya wangi, dan napasnya harum.
Editor: Fajar Anjungroso
Tak pernah ada usaha menanamnya kembali di kebun pekarangan setiap kali ada pembukaan hutan untuk permukiman baru. Burahol Sunda ini sama jenisnya dengan kepel Jawa.
Setelah kerajaan-kerajaan di Jawa Tengah punah, pohon itu ikut terancam punah karena rakyat biasa tidak ada yang berminat menanam dan melestarikannya.
Kumpulan pohon kepel yang masih ada sampai sekarang biasanya juga terdapat di dekat bekas ibukota kerajaan, seperti Loano, Purworejo, misalnya.
Ancaman punah itu sudah sejak lama diprihatinkan, jangan-jangan kepel benar-benar punah kelak."
Anak cucu kita mungkin terpaksa puas melihatnya hanya sebagai foto dan lukisan tangan hitam putih dalam buku nonfiksi yang tidak laris, ketimbang buku komik tembak-tembakan sinar laser.
Pohon hias potensial
Pohon itu lumayan indahnya, dengan batang yang tegak lurus, dan tajuk berbentuk kerucut. Cabang-cabangnya tumbuh hampir mendatar.
Di daerah atasan lebih kecil daripada di daerah bawahan, sehingga membentuk kerucut alami yang indah.
Kalau usai berbuah kemudian menumbuhkan tunas daun muda yang baru, pohon itu lebih semarak lagi, karena hijaunya daun tua dihias dengan warna merah daun muda seperti daun kayu manis.
Daun itu akan lebih mengkilat kalau tertimpa sinar matahari. Tak mengherankan, kalau ia disukai sebagai tanaman hias oleh para putri keraton,
Dengan tingginya yang dapat mencapai 20 m, pohon itu juga bagus ditanam sebagai peneduh taman yang rindang.
Tetapi rakyat jelata yang hidup di daerah sekitar garis kemiskinan tidak mempunyai waktu untuk menikmati keindahan pohon itu sebagai tanaman hias.
Waktunya senantiasa sudah habis untuk bercocok tanam tanaman pangan dan hortikultura yang bergizi.
Pada ranting-rantingnya muncul bunga jantan yang putih kekuning-kuningan semerbak mewangi.