Dilema Musisi Harpa Rama Widi Saat Ibu Kandung Kena Kanker Payudara dan Harus Kemo ke Singapura
"Kanker payudara ini bukan penyakit biasa, kita harus kejar-kejaran dengan waktu jangan sampai makin parah, masuk stadium empat," ujarnya mengingatkan
Penulis: Choirul Arifin
"Saya himbau semua perempuan di Indonesia agar lebih aware terhadap serangan breast cancer," ungkapnya.
Rama mengatakan, ketika ibunya pertama kali mengaku terkena kanker payudara, orang-orang di rumah tidak ada yang percaya, termasuk para sahabat dekatnya.
"Selesai menjalani kemo pertama, kondisi ibu saya drop. Tidak mau makan, merasa amat mual, mengeluh pusing terus dan rambut rontok. Badan ibu saya lemes banget. Ibu juga keinget almarhum adik saya, yang meninggal di umur 1 tahun," ungkap Rama.
Baca: WeChat Hapus Fitur Kencan di Aplikasinya
Setelah payudara yang terkena kanker diangkat dokter dan menjalani kemo kedua, ibunya sudah mau makan dan tak lagi mengeluhkan pusing.
Setiap kali dilakukan kemo, berlangsung selama tiga jam.
Baca: Apa yang Dilakukan Maia Saat Ahmad Dhani Rayakan Ulang Tahun ke-46 Hari Ini?
"Efek kemo, ibu saya jadi gak mau gerak sama sekali. Setelah kemo pertama masih bisa jalan jalan ke mal dan ke salon. Setelah rambutnya rontok di kemo kedua, ibu sudah ngggak mau keluar sama-sekali. Hanya duduk atau rebahan di rumah," kata Rama Widi.
"Setelah jalani operasi ini, ibu saya jadi sering mengingatkan temannya agar jangan lupa jalani mamografi. Wanita di Indonesia harus lebih aware terhadap penyakit ini," lanjut dia.
"Ibu saya semula tidak tahu kalau ada masalah dengan payudaranya. Payudaranya keras, dan itu terjadi setahun lalu. Tapi beliau tidak mau cerita karena keluarga baru saja kena musibah, ibu tidak mau membebani pikiran anak-anaknya. Keponakan saya, anak dari adik saya, baru saja meninggal dan ayah saya juga baru menjalani operasi tumor. Ibu benar benar keep, rapat rapat, dan orang rumah tidak ada yang tahu," tuturnya.
Baca: Trailer Serial Meteor Garden 2018 Rilis, Fans Sambut Antusias
"Kanker payudara ini bukan penyakit biasa, kita harus kejar-kejaran dengan waktu jangan sampai makin parah, masuk stadium empat," ujarnya mengingatkan.
Rama Widi memilih mengambil risiko gagal mengikuti kontes audisi pemain harpa bergengsi di Israel demi menyelamatkan nyawa ibunya.
"Saya sebenarnya sedang jalani audisi kompetisi harpa di Israel untuk bulan Oktober 2018. Saya sebenarnya diyatakan diterima., berdasar informasi dari panitia. Tapi melihat kondisi ibu saya seperti ini, saya memilih tidak melanjutkan," katanya.
Dia menambahkan, mengikuti kompetisi ini sebenarnya merupakan impian dia sebagai musisi harpa dengan catatan karier internasional. Apalagi Rama Widi kini sudah memasuki batas akhir kriteria usia peserta untuk ikut kompetensi ini. "Usia saya sudah kepala tiga. Tapi saya yakin dapat kesempatan di tempat lain.
Rama sebelumnya pernah ikut kompetisi serupa di tahun 2012 tapi tidak lolos sampai babak kedua.