Dilema Musisi Harpa Rama Widi Saat Ibu Kandung Kena Kanker Payudara dan Harus Kemo ke Singapura
"Kanker payudara ini bukan penyakit biasa, kita harus kejar-kejaran dengan waktu jangan sampai makin parah, masuk stadium empat," ujarnya mengingatkan
Penulis: Choirul Arifin
TRIBUNNEWS.COM, JAKARTA - Kaum perempuan, selalu jagalah kesehatan payudaramu. Segera lakukan pemeriksaan saat merasakan ada yang ganjil pada payudara, misalnya tiba-tiba terjadi pengerasan pada area lingkar payudara. Bisa jadi itu gejala kanker payudara.
Pengalaman ini dirasakan musisi harpa kenamaan Rama Widi. Sekitar dua-tiga bulan terakhir ini dia harus bolak-balik Jakarta-Singapura mendampingi ibunya menjalani operasi pengangkatan payudara dan serangkaian kemoterapi pasca-operasi, akibat terserang kanker payudara.
Kabar ibunya terserang kanker payudara, apalagi stadium tiga, membuat musisi yang pernah 10 tahun menyenyam sekolah harpa di Austria ini sangat tersentak.
Ini lantaran selama ini ibunya selalu menyimpan rapat-rapat tentang penyakit membahayakan tersebut dari keluarganya. Bahkan, ke anak-anak kandungnya sendiri.
Informasi bahwa ibu kandungnya menderita kanker payudara Rama Widi ketaui secara tidak sengaja ketika suatu hari dia dan ibunya menemani sahabat karib ibunya berobat ke Singapura.
Saat menemani berobat, ibunya menanyakan ke Rama Widi tentang dokter yang bisa menangani pengobatan gejala kanker di payudara.
Rama Widi kemudian mencoba menanyatakan lebih detil, siapa orang yang membutuhkan dokter tersebut. Semula, Rama mengira, ibunya menanyakan itu untuk seorang sahabatnya yang lain.
Ternyata, belakangan diketahui itu untuk ibu kandung Rama Widi sendiri.
Tak mau menunggu lama, Rama kemudian mengajak ibunya ke dokter spesialis. Baru diketahui, sang bunda mengalami serangan kanker payudara dan sudah memasuki stadium tiga.
Berkejaran dengan waktu demi menyelamatkan nyawa dan masa depan ibu yang dicintainya, atas rekomendasi dokter ahli, Rama kemudian membawa ibunya berobat ke RS Mount Elizabeth di Singapura, dan langsung diputuskan menjalani operasi pengangkatan payudara.
"Saya pernah nemenin teman ibu saya periksa payudara di Singapura, tiga bulan lalu, saat itu ibu saya nanyakan tentang dokter. Saya pikir itu untuk teman ibu saya. akhirnya ibu saya baru berani cerita, ada benjolan di payudaranya dan semakin membesar. Kita langsung cari dokter dan ibu saya langsung menjalani pemeriksaan. Ternyata memang ada kankerpayudara dan harus diangkat. Diagnosa dokter sudah stadium ketiga.
Operasi itu berlangsung sukses. Menyusul setelah itu, sang ibu menjalani serangkaian kemoterapi di rumah sakit yang sama.
Rama harus bolak-balik ke Singapura mendampingi mamanya. Bahkan mengorbankan kesempatannya mengikuti audisi kontes pemain harpa bergengsi yang seharusnya dia jalani di Israel.
"Saat didiagnosa, ibu saya kena kena breast cancer, di usia yang 50-an tahun ternyata juga bisa kena. Biasanya penyakit ini menyerang usia yang lebih muda, dan terjadi pada wanita yang enggan menyusui dan penyakit ini datang dari endapan air ASI. Saat diperiksa, ternyata ibu saya sudah stadium 3. Saya ga bisa bayangkan, ibu saya harus diangkat payudaranya," tutur Rama Widi dalam sebuah perbincangan di suatu sore di Plaza Senayan, Jakarta.