Mendengkur Bisa jadi Masalah Kesehatan, Simak Penjelasannya!
Benarkah mendengkur bisa menyebabkan gangguan pernapasan dan penuaan dini? Simak penjelasannya berikut ini!
Penulis: Citra Agusta Putri Anastasia
Editor: Pravitri Retno W
Benarkah mendengkur bisa menyebabkan gangguan pernapasan dan penuaan dini? Simak penjelasannya berikut ini!
TRIBUNNEWS.COM - Mendengkur mungkin adalah hal yang menyebalkan untuk didengar di malam hari.
Mendengkur adalah suara yang keluar ketika langit-langit dan jaringan longgar di mulut, hidung, dan tenggorokan bergetar saat bernapas.
Kondisi tidur ini dilakukan hampir pada 60 persen pria dan 40 persen wanita pada usia 60 tahun.
Menurut Asosiasi Ahli Bedah Mulut dan Maksilofasial Amerika (AAOMS), sekitar 30 hingga 50 persen populasi Amerika Serikat mendengkur sepanjang hidup mereka.
Namun, selain menimbulkan suara berisik, ada hal lain yang dapat terjadi karena mendengkur.
Baca: Penelitian Terbaru : Wanita Juga Mendengkur saat Tidur dan Sama Kerasnya dengan Pria
Baca: Cara Mudah Agar Tak Mendengkur: Tidur Posisi Miring hingga Latihan Vokal
Baca: Atasi Gangguan Mendengkur Saat Tidur dengan 5 Cara Ini
Dilansir Medical Daily, sebuah studi baru yang diterbitkan dalam jurnal Sleep menunjukkan bahwa mendengkar menjadi satu masalah kesehatan.
Gangguan pernapasan saat tidur, seperti apnea tidur obstruktif, dapat mempercepat penuaan.
Gangguan pernapasan saat tidur terjadi sebagai abnormalitas respirasi saat tidur karena kurangnya keseimbangan oksigen darah dan gairah singkat.
Gangguan tidur ini berpotensi menghentikan pernapasan selama 10-20 detik dalam satu jam.
Di Amerika Serikat, hampir 30 juta orang dewasa diperkirakan menderita apnea tidur obstruktif.
Studi ini menunjukkan bahwa gangguan pernapasan saat tidur dapat membuat tubuh seseorang 215 hari lebih tua dari usia yang sebenarnya.
Gangguan tidur juga dikaitkan dengan percepatan usia hingga 321 hari.
"Usia biologis seseorang mungkin tidak sama dengan usia kronologisnya," kata Xiaoyu Li, penulis utama studi dan rekan peneliti pasca doktoral di Brigham and Women's Hospital and the Harvard T.H. Chan School of Public Health di Boston.