Keampuhan Bajakah Menyembuhkan Kanker Dinilai Masih Butuh Penelitian Lebih Lanjut
untuk penelitian yang merujuk tanaman obat bisa digunakan sebagai obat penyembuh kanker harus menjalani proses yang panjang
Editor: Sanusi
Diketahui, riset tersebut dilakukan pada tahun 2012, 2015, dan 2017 di 34 provinsi di Indonesia.
Ristoja juga melibatkan 2.170 peneliti, 2.354 pengobat tradisional yang telah berhasil mengidentifikasi 2.848 spesies tumbuhan obat dan 32.014 ramuan.
"Hasil Ristoja hanya mendata tanaman obat yang dipakai oleh masyarakat melalui pengobat tradisional di setiap etnis. Masih klaim dari pengobat tradisional. Sehingga, masih perlu penelitian lebih lanjut," imbuh dia.
Sementara itu, Kepala Balitbang Kemenkes Siswanto menambahkan, Bajakah dalam bahasa Dayak artinya akar-akaran. Jadi Bajakan bukanlah nama spesies tanaman.
"Bajakah atau akar-akaran secara indigeneous dipakai untuk berbagai keperluan, termasuk pengobatan secara tradisional," ujarnya kepada Kompas.com, Jumat (16/8/2019).
Saat disinggung terkait khasiat Bajakah yang diklaim mampu mengobati kanker, menurutnya masih terlalu dini.
"Riset 2 siswa SMA itu kalau tidak salah dibantu Unlam dengan uji in vitro cell line kanker payudara dengan ekstrak Bajakah. Tentu ini dalam pengembangan obat kanker masih awal banget," katanya lagi.
Artikel ini telah tayang di Kompas.com dengan judul "Keampuhan Bajakah Mengobati Kanker Dinilai Masih Terlalu Dini"
Harga Beredar
Saat ini, tumbuhan Bajakah khas Kalimantan Tengah yang dikatakan bisa menyembuhkan sakit kanker payudara sedang viral.
Kayu Bajakah menjadi populer setelah tiga siswa SMA asal Palangkaraya, Kalimantan Tengah ( Kalteng ) meraih medali emas di Korea Selatan berkat penelitiannya seputar manfaatnya dalam penyembuhan kanker payudara.
Saat ini, pengobatan kanker masih dilakukan melalui kemoterapi atau operasi untuk membuang sel kanker yang menggerogoti tubuh.
Penemuan khasiat tersebut berawal sejak 2018, saat tiga siswa SMA Negeri 2 Palangkaraya melakukan penelitan terhadap kayu bajakah.
Awalnya, bajakah diolah secara sederhana hingga dilakukan uji laboratorium resmi terhadap kandungan bajakah di Universitas Lambung Mangkurat, Banjarmasin, Kalimantan Selatan, pada Mei 2019.