Mengapa Butuh Waktu Lama Menciptakan Vaksin Virus Corona?
Hingga kini vaksin yang diharapkan mengatasi virus corona (Covid-19) belum ada.
Editor: Willem Jonata
TRIBUNNEWS.COM - Hingga kini vaksin yang diharapkan mengatasi virus corona (Covid-19) belum ada.
Dan memang, jika mengikuti alur pembuatan vaksin yang biasa dibutuhkan waktu hingga 10 tahun agar vaksin baru bisa tercipta.
Ada banyak tahap yang harus dilewati sebelum suatu vaksin bisa digunakan secara luas.
Uji coba pun umumnya harus melalui pengujian dengan melibatkan hewan sebelum pada manusia.
Sementara itu, saat sudah masuk fase pengujian pada manusa, ada tiga tahap yang perlu dilalui.
Setiap tahapnya bisa memakan waktu bertahun-tahun. Namun untungnya, di tengah pandemi corona saat ini berbagai lembaga, peneliti, maupun laboratorium di seluruh dunia terus bekerja untuk bisa memangkas waktu penelitian.
Sepertinya, kita tidak butuh waktu 10 tahun untuk menunggu vaksin Covid-19 keluar.
Sudah sampai mana perkembangan vaksin corona?
Hingga saat ini ada berbagai lembaga yang sedang berpacu dengan waktu untuk segera bisa memproduksi vaksin corona untuk Covid-19.
Sejumlah lembaga tersebut menggunakan metode-metode yang ada untuk bisa menciptakan vaksin penyakit baru ini, seperti:
• Metode pelemahan virus
Untuk membuat vaksin dengan metode ini, peneliti akan melemahkan virus penyebab penyakit, lalu memasukkannya ke tubuh.
Virus tersebut cukup lemah hingga tidak akan menyebabkan terjadinya infeksi. Vaksin yang dibentuk dengan cara ini antara lain adalah vaksin campak dan TBC.
• Metode inaktivasi
Saat membuat vaksin dengan metode inaktivasi, para ilmuwan akan meneliti virus yang sudah mati dengan mempelajari susunan genetiknya dan kemudian membuat tiruan virus untuk disuntikkan ke tubuh.
Dengan begitu, tubuh secara perlahan-lahan akan membangun antibodi terhadap virus ini.
Biasanya vaksin yang dibuat dengan metode ini perlu disuntikkan beberapa kali dalam periode tertentu, seperti vaksin polio dan rabies.
• Vasin berbasis nukleotida
Vaksin jenis ini berisi materi genetik DNA dan RNA virus yang disuntikkan ke tubuh. Sehingga, tubuh bisa membuat sendiri tiruan virus tersebut dan memproduksi antibodi yang dibutuhkan untuk daya tahan tubuh.
Saat ini, pembuatan vaksin corona yang sudah mencapai tahap paling jauh ada di Amerika Serikat.
Sebab, vaksin tersebut tidak dikembangkan dari nol, melainkan dari dasar vaksin yang ada untuk SARS dan MERS.
Baca: Anak Rewel Saat Orangtua Bekerja dari Rumah, Bagaimana Menghadapinya?
Keduanya merupakan penyakit yang sama-sama disebabkan oleh virus corona, tapi berbeda dari penyebab Covid-19.
Calon vaksin yang diberi nama mRNA-1273 ini sudah sampai tahap uji klinis pada manusia.
Percobaan dilakukan pada 45 orang dewasa sehat yang kemudian dibagi menjadi tiga kelompok.
Masing-masingnya akan disuntik sebanyak dua kali. Kelompok pertama mendapatkan vaksin dengan dosis 25 mikrogram.
Baca: Menjawab Kebingungan Penggunaan Masker di Tengah Pandemi Virus Corona
Baca: ''Ngemil'' Jadi Kebiasaan Saat di Rumah Saja karena Pandemi Virus Corona, Bagaimana Mengatasinya?
Sementara itu, kelompok kedua memperoleh dosis 100 mikrogram, dan kelompok ketiga menerima dosis 250 mikrogram.
Pasien akan menjalani penelitian kesehatan selama satu tahun setelah suntikan kedua diberikan.
Jika fase pertama ini berhasil, maka pengujian fase kedua dan ketiga akan dilanjutkan dan vaksin corona untuk Covid-19 kemungkinan akan bisa diproduksi dalam waktu 18 bulan ke depan.
Mengapa dibutuhkan waktu begitu lama untuk menciptakan vaksin corona?
Waktu 18 bulan terkesan begitu lama saat pandemi terjadi. Namun, menciptakan vaksin hanya dalam waktu satu setengah tahun sebenarnya terhitung sangat-sangat cepat, jika dibandingkan dengan waktu biasa yang dibutuhkan, yaitu 10-15 tahun.
Mengapa proses pembuatan vaksin begitu lama?
Sebab, ada berbagai tahap yang harus dilewati untuk memastikan bahwa vaksin tersebut benar-benar aman.
Secara keseluruhan, sebenarnya ada enam tahap yang perlu dilewati untuk membuat satu vaksin, yaitu:
• Proses perancangan vaksin Pada tahap ini, para peniliti akan mempelajari virus tersebut secara detail dan mencari cara agar sistem imun di tubuh kita bisa mengenalinya, dan kemudian membuat pertahanan di dalam tubuh.
• Pengujian pada hewan Tahap kedua adalah pengujian pada hewan.
Pada tahap ini, vaksin akan disuntikkan ke hewan uji untuk melihat efektivitas dan efek samping yang mungkin timbul.
• Uji klinis fase ke-1
Uji klinis fase ke-1 dilakukan pada manusia untuk melihat efektivitas dan efek samping yang bisa muncul pada manusia.
Biasanya, pengujian ini dilakukan dengan jumlah sampel yang kecil.
• Uji klinis fase ke-2
Sementara itu pada fase ke-2, pengujian akan dilakukan dengan jumlah sampel yang lebih besar dan dengan analisis yang lebih mendalam.
Misalnya, untuk melihat efek dari vaksin ini secara biologis dan mengamati mekanisme yang ditimbulkan untuk merangsang sistem imun tubuh.
• Uji klinis fase ke-3
Uji klinis fase terakhir ini melibatkan jauh lebih banyak orang dengan waktu pengamatan yang juga jauh lebih lama.
• Persetujuan berdasarkan regulasi
Terakhir adalah bagian persetujuan dengan lembaga yang berwenang di masing-masing negara.
Jika di Indonesia, persetujuan ini dilakukan oleh Badan Pengawas Obat dan Makanan atau BPOM.
Saat ini, vaksin corona yang dibuat di Amerika Serikat tersebut sudah memasuki uji klinis fase ke-1.
Karena vaksin ini sudah mengembangkan bahan sebelumnya dari vaksin SARS dan MERS, maka tahap pertama tadi sudah dilewati.
Namun karena saat ini sedang pandemi, maka pengujian pada hewan tidak dilakukan dan langsung diujikan pada manusia.
Dengan begitu, sudah ada banyak waktu yang dihemat, agar vaksin corona bisa segera diberikan kepada masyarakat luas.
Artikel ini telah tayang di Kompas.com dengan judul Pengembangan Vaksin Corona Sudah Sampai Mana?