Stres Bisa Picu Inflamasi Usus, Ketahui Jenis Makanan Probiotik yang Bisa Bantu Mengatasinya
Usus dalam tubuh manusia dilapisi oleh setidaknya 100 juta sel saraf yang sebagian besar terhubung dengan otak.
Penulis: Hasiolan Eko P Gultom
Editor: Choirul Arifin
Laporan Wartawan Tribunnews, Hasiolan Eko Purwanto
TRIBUNNEWS.COM, JAKARTA - Usus dalam tubuh manusia dilapisi oleh setidaknya 100 juta sel saraf yang sebagian besar terhubung dengan otak.
Dia bisa berkomunikasi langsung dengan otak. Misalnya memberikan sinyal ketika merasa lapar, atau saat kenyang.
Gut Microbiota, atau mikrobiota usus, yang berisi triliunan mikroorganisme dengan sekitar 2000-3000 spesies yang berbeda serta total gen sekitar 150x lebih banyak dari gen manusia, memiliki peranan penting di dalam kesehatan tubuh.
Perkembangan gut microbiota dipengaruhi oleh beberapa faktor seperti diet (pola makan), genetik, umur, daerah, kebiasaan, aktivitas fisik, obat-obatan, dan faktor yang lain. Namun, di antara faktor-faktor ini, diet merupakan faktor utama.
Hal itu disampaikan Prof. Dr. Lukas Van Oudenhove, MD, PhD selaku pembicara rangkaian webinar Power Talk Indonesia International Institute for Life Sciences (i3L) dengan tema “The Microbiota- Gut – Brain Axis: Hype or Revolution?”.
Webinar yang digelar ini merupakan rangkaian kegiatan proyek kemanusiaan sebagai salah satu implementasi sustainable goals.
Baca juga: Selain Diet Sehat, Olahraga untuk Perempuan Ini juga Bisa Mengecilkan Paha
Microbiome usus berperan penting dalam fungsi fisiologis, di antaranya memfasilitasi metabolisme, membantu memperkuat stabilitas lapisan penghalang usus, memberikan nutrisi bagi sel usus, serta menghasilkan neurotransmitter.
Baca juga: Mengenal 6 Jenis Diet Vegetarian: Lakto Ovo, Pescatarian, Flexitarian hingga Vegan
Lukas Van Oudenhove yang juga merupakan Associate Research Professor, Laboratory for Brain-Gut Axis Studies (LaBGAS), Katholieke Universiteit (KU) Leuven menjelaskan, kondisi stres dapat mengganggu hubungan yang biasanya stabil antara bakteri usus dan inangnya, sehingga menimbulkan inflamasi usus.
Baca juga: Kenali Sindrom Inflamasi Multisistem Pediatrik pada Anak yang Terinfeksi Covid-19
“Memberikan makakan dan minuman yang dikenal sebagai sumber probiotik penting untuk fungsi sistem imunitas tidak hanya mengatasi peradangan, tapi juga mengurangi perilaku terkait stres,” kata Lukas.
Makanan sumber probiotik misalnya, tempe, kimchi, Sauerkraut (fermentasi sayur), yoghurt dan lain sebagainya.
Sederhananya, otak mengirim sinyal ke usus melalui sistem kontrol tubuh, sistem saraf otonom. Usus berkomunikasi dengan otak melalui hormon kekebalan, dan sisteml saraf.
Saluran komunikasi inin membuat usus dan otak menjadi dua organ yang erat terhubung dalam tubuh kita.
Pasien gangguan otak, mengalami perubahan komposisi dan fungsi mikroba dalam usus mereka. Usus mereka mudah meradang.
Karenanya, pengaturan jenis dan pola makan pada penderita gangguan otak seperti Parkinson dan autism sangat penting mengendalikan penyakit ini.
“Bakteri usus menghasilkan neurotransmitter, seperti serotonin dan dopamin yang berperan mengatur suasana hati. Ini semacam hubungan timbal balik. Otak melakukan hal-hal yang mempengaruhi bakteri usus, dan bakteri usus melakukan hal-hal yang mempengaruhi otak,” jelasnya.
Namun, keragaman bakteri dan caranya berinteraksi bisa mempengaruhi sinyal yang dikirimkan ke otak lewat saraf dan jalur kimiawi yang berbasis di sistem pencernaan.
Dengan demikian, kekurangan zat gizi dalam diet yang mengakibatkan berkurangnya keragaman populasi bakteri usus bisa berdampak negatif terhadap kesehatan mental.