Penggunaan Antibiotik Tanpa Petunjuk Dokter Bisa Picu Infeksi Tubuh Pasien Sulit Diobati
Penggunaan antibiotik yang tidak sesuai dengan rekomendasi dokter telah menjadi salah satu penyumbang terbesar angka Resistensi Antimikroba.
Penulis: Fitri Wulandari
Editor: Anita K Wardhani
Karena sama seperti pandemi virus corona (Covid-19), program-program pemerintah akan berhasil jika didukung pula oleh masyarakyat.
"Kontribusi masyarakat dalam pencegahan dan penanganan AMR diperlukan, yaitu dalam menggunakan antibiotik secara bijak, rasional berdasarkan resep dokter, dan tuntas sesuai petunjuk dokter. Sehingga angka kesembuhan meningkat dan mencegah kejadian resistansi," jelas Prof. Agus.
Oleh karena itu, INDOHUN menggandeng Pfizer Indonesia menggelar webinar ini sekaligus memperingati World Antibiotic Awareness Week 2021.
Kerja sama terkait gelaran webinar ini difokuskan untuk para akademisi, praktisi, klinisi, dan masyarakat umum agar semakin sadar, peduli, dan tergerak dalam berkontribusi menekan laju kasus resistensi antimikroba di Indonesia.
Keterlibatan dari berbagai pihak multisektor, baik dari sektor medis, pasien, dan pemerintah, diharapkan dapat meningkatkan pencegahan resistensi antibiotik, sehingga meningkatkan mutu kesehatan masyarakat Indonesia.
Penelitian dari European Observatory on Health Systems and Policies menunjukkan bahwa rata-rata biaya perawatan yang dikeluarkan oleh pasien yang non-resistan terhadap bakteri Escherichia coli adalah sebesar 10.400 dollar Amerika Serikat (AS) atau sekitar 149 juta rupiah.
Sedangkan bagi pasien yang resistan, nilainya bertambah 6.000 dollar AS atau sekitar 86 juta rupiah, meliputi biaya perawatan, diagnosa, obat-obatan, dan layanan pendukung lainnya.