Apa Itu Stunting? Berikut Penjelasan dan Penyebab Stunting pada Anak
Saat ini masih banyak anak yang tidak mendapatkan asupan gizi yang baik sehingga terjadi stunting, apa itu stunting?
Penulis: Lanny Latifah
Editor: Arif Tio Buqi Abdulah
TRIBUNNEWS.COM - Saat ini masih banyak anak yang tidak mendapatkan asupan gizi yang baik sehingga terjadi stunting.
Asupan gizi yang baik didapatkan dari makanan yang tepat sesuai yang tersedia.
Gizi yang baik adalah pondasi penting bagi seorang anak untuk dapat tumbuh dan berkembang secara optimal, terutama bagi mereka yang tumbuh dan berkembang di lingkungan rentan.
Dikutip dari Kemkes.go.id, hasil survei Status Gizi Indonesia (SGI) 2021 menunjukkan 1 dari 4 anak Indonesia mengalami stunting dan 1 dari 10 anak mengalami gizi kurang.
Baca juga: Peringati Hari Gizi Nasional 2022, Kemenkes Imbau Ibu Perhatikan Masalah Stunting & Obesitas Anak
Baca juga: Menko PMK: Penanganan Stunting Akan Diintegrasikan Antar-Kementerian
Menteri Kesehatan RI Budi Gunadi Sadikin mengatakan, upaya strategis yang harus dilakukan untuk mencegah dan mengatasi masalah gizi terutama stunting dimulai dengan deteksi dini.
"Penguatan promosi pemberian makanan bayi dan anak mencakup inisiasi menyusui eksklusif sampai bayi berusia 6 bulan dan sampai dengan 2 tahun. Pemberian makanan pendamping ASI (MP ASI) dengan mengutamakan asupan makanan tinggi protein hewani sejak anak berusia 6 bulan yang mana sangat penting untuk mendukung pertumbuhan dan perkembangan anak," katanya pada talkshow Hari Gizi Nasional secara virtual, Selasa (25/1/2022).
Lantas, apa itu Stunting?
Sebagian besar masyarakat mungkin belum memahami istilah "Stunting".
Diktuip dari dinkes.karanganyarkab.go.id, stunting adalah masalah kurang gizi kronis yang disebabkan oleh kurangnya asupan gizi dalam waktu yang cukup lama.
Sehingga mengakibatkan gangguan pertumbuhan pada anak yakni tinggi badan anak lebih rendah atau pendek (kerdil) dari standar usianya.
Kondisi tubuh anak yang pendek seringkali dikatakan sebagai faktor keturunan (genetik) dari kedua orang tuanya, sehingga masyarakat banyak yang hanya menerima tanpa berbuat apa-apa untuk mencegahnya.
Padahal, genetika merupakan faktor determinan kesehatan yang paling kecil pengaruhnya bila dibandingkan dengan faktor perilaku, lingkungan (sosial, ekonomi, budaya, politik), dan pelayanan kesehatan.
Dengan kata lain, stunting merupakan masalah yang sebenarnya bisa dicegah.
Penyebab Stunting pada Anak
Masyarakat perlu memahami faktor apa saja yang menyebabkan stunting pada anak.
Diketahui, stunting merupakan kondisi gagal pertumbuhan pada anak (pertumbuhan tubuh dan otak) akibat kekurangan gizi dalam waktu yang lama.
Sehingga, anak lebih pendek dari anak normal seusianya dan memiliki keterlambatan dalam berpikir.
Baca juga: Pemerintah Targetkan Prevalensi Stunting Harus Turun 3 Persen Per Tahun
Baca juga: Stunting dan Obesitas Masih Jadi Permasalahan di Indonesia, Ini Hal yang Harus Dilakukan Para Ibu
Masih melansir Kemkes.go.id, kekurangan gizi dalam waktu lama terjadi sejak janin dalam kandungan sampai awal kehidupan anak (1000 Hari Pertama Kelahiran).
Penyebabnya karena rendahnya akses terhadap makanan bergizi, rendahnya asupan vitamin dan mineral, dan buruknya keragaman pangan dan sumber protein hewani.
Faktor ibu dan pola asuh yang kurang baik terutama pada perilaku dan praktik pemberian makan kepada anak juga menjadi penyebab anak stunting apabila ibu tidak memberikan asupan gizi yang cukup dan baik.
Ibu yang masa remajanya kurang nutrisi, bahkan di masa kehamilan, dan laktasi juga akan sangat berpengaruh pada pertumbuhan tubuh dan otak anak.
Faktor lainnya yang menyebabkan stunting adalah terjadi infeksi pada ibu, kehamilan remaja, gangguan mental pada ibu, jarak kelahiran anak yang pendek, dan hipertensi.
Selain itu, rendahnya akses terhadap pelayanan kesehatan termasuk akses sanitasi dan air bersih menjadi salah satu faktor yang sangat mempengaruhi pertumbuhan anak.
Untuk mencegahnya, perbanyak makan makanan bergizi yang berasal dari buah dan sayur lokal sejak dalam kandungan.
Kemudian diperlukan pula kecukupan gizi pada remaja perempuan agar ketika dia mengandung ketika dewasa tidak kekurangan gizi.
Tak hanya itu saja, butuh perhatian pada lingkungan untuk menciptakan akses sanitasi dan air bersih.
(Tribunnews.com/Latifah)