Nikmati berita interaktif dan LIVE report 24 jam hanya di TribunX
Tribun Kesehatan

Gejala Hepatitis Akut Tidak Spesifik Tapi Umumnya Mengalami Sakit Perut, Diare serta Muntah

Penyakit hepatitis akut kini diduga menyerang sejumlah negara seperti Indonesia dan Singapura menyusul ditemukannya kasus kematian pada beberapa anak.

Penulis: Fitri Wulandari
Editor: Choirul Arifin
zoom-in Gejala Hepatitis Akut Tidak Spesifik Tapi Umumnya Mengalami Sakit Perut, Diare serta Muntah
via Metro UK
ILUSTRASI - Hepatitis pada anak. 

Laporan Wartawan Tribunnews, Fitri Wulandari

TRIBUNNEWS.COM, SINGAPURA - Penyakit hepatitis akut kini diduga menyerang sejumlah negara seperti Indonesia dan Singapura menyusul ditemukannya kasus kematian pada beberapa anak.

Apa saja gejala umum yang ditimbulkan penyakit ini? 

Dikutip dari laman Channel News Asia, Minggu (8/5/2022), gejalanya memang tidak spesifik dan bisa dianggap termasuk diantaranya sakit perut, diare serta muntah.

"Namun, tanda yang paling penting adalah penyakit kuning (menguningnya bagian putih mata)," kata Dr Tan, yang terlatih dalam Gastroenterologi Anak, Hepatologi, dan Nutrisi.

Gejala hepatitis lainnya adalah urine berwarna gelap, pucat, kotoran berwarna abu-abu, kulit gatal dan nyeri otot atau sendi.

Kepala Departemen Penyakit Menular Pediatrik di Institut Medis Anak Universitas Nasional Khoo Teck Puat, Dr Chan Si Min menyatakan, kasus hepatitis akut yang sedang diselidiki saat ini, terutama menyerang anak-anak yang sehat di bawah usia 10 tahun.

BERITA TERKAIT

Hal apa yang diduga memicu munculnya penyakit ini?

Dr Ai Tin menyatakan, virus yang terdeteksi dan dicurigai dalam kasus di seluruh dunia dan mungkin terkait dengan kasus Singapura adalah adenovirus tipe 41F.

"Adenovirus biasanya tidak menyebabkan hepatitis pada anak-anak. Namun pada anak-anak yang terkena, mungkin ada kofaktor, seperti toksin atau infeksi virus sebelumnya," kata Dr Ai Tin.

Baca juga: Kasus Hepatitis Akut Misterius, Apakah Bisa Jadi Pandemi? Ini Kata Pakar Epidemiologi

Sementara itu, Dr Si Min mengatakan, adenovirus ditemukan pada banyak kasus yang dilaporkan.

"Ini adalah virus dengan banyak varian dan jenis genetik. Infeksinya terjadi pada semua usia, terutama pada anak kecil dan terjadi setiap saat sepanjang tahun," jelas Dr Si Min.

Biasanya, kata dia, penyakit ini menyebabkan penderitanya mengalami demam, penyakit pernafasan seperti batuk, pilek, sakit tenggorokan hingga gastroenteritis.

Baca juga: Para Ilmuwan Khawatir Anjing Bisa Sebabkan Wabah Hepatitis Akut pada Anak

Perlu diketahui, adenovirus menyebar melalui tetesan atau sekresi pernafasan, atau kontak langsung dengan orang yang terinfeksi, tinja maupun permukaan yang terkontaminasi.

"Ini bisa bertahan di permukaan lingkungan untuk waktu yang lama. Orang yang terinfeksi paling menular dalam beberapa hari pertama sakit," papar Dr Si Min.

Dr Fang Kuan menambahkan infeksi, penyakit autoimun, gangguan metabolisme, cedera hati akibat obat atau racun merupakan beberapa kemungkinan penyebab yang diketahui.

"Sampai 40 persen kasus hepatitis berat, tidak ada penyebab yang ditemukan meskipun penyelidikan dilakukan ekstensif, karena anak-anak tetap rentan terhadap penyakit menular pada masa kanak-kanak, orang tua harus tetap waspada, bahkan ketika inisiatif respons terhadap pandemi di Singapura berkurang," kata Dr Fang Kuan.

Dia menekankan, standar rekomendasi kebersihan yang baik, yang mencakup kebersihan tangan, pembersihan pada permukaan benda yang kerap disentuh oleh anak kecil pun harus selalu dipraktikkan.

Apakah vaksinasi dapat menawarkan perlindungan?

Dr Fang Kuan menjelaskan bahwa penyebab kasus hepatitis akut global masih belum diketahui pada tahap ini.

Sehingga terlalu dini untuk memastikan apakah vaksinasi rutin di bawah jadwal imunisasi nasional efektif melindungi anak-anak dari jenis hepatitis ini.

Sedangkan Dr Ai Tin menilai vaksin rutin anak tidak memberikan perlindungan terhadap hepatitis akut.

"Karena hepatitis A dan B dalam jadwal vaksinasi melindungi terhadap virus A dan B secara khusus," kata Dr Ai Tin.

Apa yang harus dilakukan para orang tua saat anaknya terkena penyakit ini?

Dr Tan mengimbau para orang tua untuk langsung menemui dokter, jika menemukan anaknya dalam kondisi tidak sehat atau menunjukkan gejala hepatitis akut

"Penyajian hepatitis mungkin tidak jelas (awalnya), jadi selalu disarankan untuk pergi ke dokter jika kondisi anak tidak membaik pada 48 hingga 72 jam setelah konsultasi, atau bisa juga datang lebih awal jika kondisinya memburuk," tegas Dr Tan.

Menurut Dr Fang Kuang, tes darah dapat dilakukan untuk mencari kemungkinan terjadinya peradangan hati, dan sampel itu dapat dikirim untuk mendeteksi keberadaan adenovirus dan infeksi lainnya.

"Pengobatan sebagian besar dapat mendukung. Ini difokuskan terutama pada pemantauan dan pengobatan komplikasi penyakit hati, dan penyelidikan serta pengelolaan penyebab yang mendasarinya jika memungkinkan," kata Dr Fang Kuan.

Pada sebagian kecil pasien, hepatitis akut dapat menyebabkan gagal hati yang parah dan mendadak, kondisi ini kemungkinan akan memerlukan transplantasi organ.

Dunia kini dikejutkan oleh munculnya wabah baru yakni hepatitis akut yang ditemukan pada anak-anak di banyak negara, padahal pandemi virus corona (Covid-19) belum berakhir.

Lalu apa saja hal yang perlu diwaspadai para orang tua terkait wabah yang diketahui menyerang kelompok usia anak ini?

Kepala Layanan Gastroenterologi, Hepatologi dan Nutrisi di Rumah Sakit Wanita dan Anak (KKH) KK Singapura, Dr Chiou Fang Kuan mengatakan, sebenarnya para orang tua tidak perlu terlalu khawatir.

Kendati demikian, kewaspadaan tentunya diperlukan untuk menghadapi wabah ini, karena kemunculan penyakit ini belum diketahui penyebabnya.

"Para orang tua dan wali tidak perlu khawatir. Sebaliknya, mereka harus waspada terhadap tanda-tanda hepatitis dan meminta informasi kepada pihak medis jika khawatir," kata Dr. Fang Kuan.

Sementara itu, Dr Nancy Tan dari Klinik Bayi dan Anak SBCC di Mount Elizabeth Novena mengatakan, orang tua harus waspada dan mengetahui tentang apa yang harus diperhatikan.

Namun mereka tidak perlu 'terlalu khawatir', karena jumlah kasusnya tidak tinggi. Pendapat yang sedikit berbeda disampaikan konsultan dokter anak di Thomson Pediatric Centre, Dr Ang Ai Tin.

"Mengingat bahwa ada 4 kematian, termasuk 3 yang dilaporkan di Indonesia dalam wabah global dan 17 kasus memerlukan transplantasi, kasus-kasus tersebut tentu 'menjadi perhatian'," kata Dr Ai Tin.

Dapatkan Berita Pilihan
di WhatsApp Anda
Baca WhatsApp Tribunnews
Tribunnews
Ikuti kami di

Wiki Terkait

© 2024 TRIBUNnews.com,a subsidiary of KG Media. All Right Reserved
Atas