Linda Agum Gumelar: Penting Mengetahui Informasi Tentang Skrining Dan Deteksi Dini Kanker Payudara
Kanker payudara merupakan salah satu masalah kesehatan terbesar dan penyebab kematian tertinggi bagi perempuan di Indonesia yang terdiagnosa kanker.
Editor: Toni Bramantoro
TRIBUNNEWS.COM, JAKARTA - Sebagai bentuk komitmen bersama untuk menurunkan kejadian kasus baru kanker payudara stadium lanjut khususnya di lingkungan Dharma Wanita (DWP) Kementerian Pertahanan Republik Indonesia dan keluarganya bekerjasama dengan Yayasan Kanker Payudara Indonesia (YKPI) untuk menyelenggarakan webinar sosialisasi skrining dan deteksi dini kanker payudara pada 19 juli 2022.
Kegiatan ini bagian dari pertemuan 3 bulanan Anggota DWP Kemenhan.
Kanker payudara merupakan salah satu masalah kesehatan terbesar dan penyebab kematian tertinggi bagi perempuan di Indonesia yang terdiagnosa kanker.
Data Globocan 2020 menunjukkan bahwa di indonesia terdapat kasus baru kanker payudara mendekati 66 ribu jiwa dengan tingkat kematian lebih dari 22 ribu jiwa dan yang memprihatinkan adalah bahwa 70 persen datang ke dokter sudah dalam stadium lanjut.
“Di kepengurusan YKPI saat ini ada 12 orang ibu yang penyintas kanker payudara dan alhamdulillah beliau-beliau tetap survive bisa melakukan aktifitas dan mendampingi suami serta anak-anak terkasih. Kuncinya adalah ditemukan dalam stadium awal dan mengikuti tahapan-tahapan pengobatan secara medis," ungkap Ketua YKPI, Linda Agum Gumelar,
Linda Agum Gumelar menyarankan, penting sekali kita mengetahui informasi tentang skrining dan deteksi dini kanker payudara juga melakukan langkah kesehatan dengan mamografi diusia diatas 40 tahun, selain secara rutin melakukan sadari (periksa payudara sendiri) dan sadanis (periksa payudara klinis),
Sadari sangat mudah dilakukan dengan beberapa syarat dilakukan dengan cara yang tepat, rutin, disiplin dan bila ada benjolan yang menetap dan tidak sakit segera periksakan ke fasilitas kesehatan terdekat. Kanker payudara stadium lanjut dapat kita cegah bila ditemukan dalam stadium awal dan ingat bahwa tidak semua benjolan di payudara adalah kanker.
Kegiatan di kemenhan Republik Indonesia yang juga diikuti oleh 512 peserta online dan offline juga akan dilanjutkan praktek sadari yang akan dilaksanakan secara simultan pada tanggal 26 juli yang akan datang. Dengan tema acara Dharma Wanita persatuan kemhan Peduli Sehat Bersama keluarga siap bela negara #silih asah, asih, jeungasuh, diharapkan para anggota dharma wanita persatuan kemhan dan wanita indonesia memiliki kesadaran dan peduli terhadap kanker.
Penasihat Dharma Wanita Persatuan Kementerian Pertahanan, Metty M Herindra berharap akan lebih banyak orang yang terselamatkan dengan adanya kegiatan ini.
“Karena minimnya pengetahuan masyarakat tentang kanker, maka dalam banyak kasus di indonesia sering terjadi keterlambatan penanganan kanker,sehingga upaya penyelamatan menjadi lebih sulit.” tambahnya.
Ia juga mengatakan “Pertemuan yang bertujuan untuk menjalin tali silahturahim sesama ibu-ibu pengurus dan anggota dharma wanita persatuan kemhan serta keluarga besar dharma wanita persatuan kemhan, tidak akan memiliki apa-apa tanpa kepedulian, saling peduli dengan sesama anggota maupun masyarakat , menjadikan kita lebih peduli akan persoalan sosial kemasyarakatan, yang berlandaskan semangat kebersamaan dan kekeluargaan.”
Sementara itu Dr. Walta gautama, Sp.B(k)Onk dari rumah sakit kanker dharmais sebagai pembicara acara dimaksud menyampaikan kepeserta yang hadir maupun melalui zoom menegaskan bahwa “Di seluruh dunia, kanker payudara dapat terjadi pada 1 dari 8 wanita. Kanker yang paling banyak terjadi pada wanita. Di indonesia sebagian besar kasus kanker payudara datang pada stadium lanjut.”
Dokter yang juga sebagai ketua umum Peraboi (Perhimpunan Ahli Bedah Onkologi Indonesia) mengatakan “Banyak wanita menunda untuk memeriksa kelainan payudara karena takut didiagnosis kanker, takut dioperasi, takut kemoterapi padahal Kanker bukan vonis mati, kanker bukan kutukan tuhan, kanker payudara bisa sembuh asalkan lakukan beberapa hal seperti Deteksi din, Terapi tepat.“
dr Walta juga mengatakan kalau kelompok pasien yang menolak operasi umumnya berisiko dua kali lebih mungkin mati karena kanker payudara dibandingkan dengan yang dioperasi.
“Kemoterapi hanya menyerang sel yang membelah dengan cepat yang merupakan sifat sel kanker, efek samping kemoterapi memang tidak menyenangkan seperti rambut rontok sampai botak, sariawan, mual – muntah,” tuturnya.
Ia pun meminta agar pergi ke dokter bila menemui perbedaan di payudara di luar kondisi biasanya bentuk, warna, rasa, keluar cairan yang tidak seharusnya pada putting.
“Atau kelainan payudara bisa ditemukan dengan Memeriksa payudara sendiri,” tutunya.