Penggunaan Alat Kontrasepsi untuk KB Berdampak Bagi Kesehatan? Begini Penjelasan Pakar
Alat kontrasepsi dapat memberikan beberapa manfaat, seperti seperti mengurangi haid dan anemia karena haid
Penulis: Aisyah Nursyamsi
Editor: Eko Sutriyanto
Laporan Wartawan Tribunnews.com, Aisyah Nursyamsi
TRIBUNNEWS.COM, JAKARTA- Merencanakan kehamilan demi keluarga yang berkualitas perlu dilakukan.
Keluarga berencana (KB) menjadi salah satu upaya yang dapat dilakukan. Namun banyak yang menyebut jika penggunaan alat kontrasepsi untuk KB bisa berdampak bagi kesehatan. Benarkah?
Ketua Pusat Kesehatan Reproduksi Universitas Gajah Mada (UGM), Prof dr Siswanto Agus Wilopo SU Mc ScD pun memberikan tanggapan.
Nyatanya, alat kontrasepsi dapat memberikan beberapa manfaat, seperti seperti mengurangi anemia karena haid.
"Jadi sebenarnya beberapa alat KB bisa mengurangi haid, dan itu bisa mengurangi anemia karena haid. Anemia perempuan di Indonesia lumayan tinggi loh, kematian juga besar karena haid berkepanjangan dan sebagainya," ungkapnya pada acara Media Training, Minggu (21/8/2022).
Di sisi lain, penggunaan alat kontrasepsi memang tidak langsung berkaitan Virus papiloma manusia dengan (HPV) pada rahim perempuan.
"Tapi HPV rentan pada perempuan menggunakan pil. Langkah untuk mencegahnya adalah sering-sering memberikan organ intim dengan baik. Hanya saja, perempuan di Indonesia, melihat vagina dan membersihkannya sambil lalu saja," papar Prof Siswanto lagi.
Baca juga: Layanan Serentak Sejuta Akseptor, BKKBN Dorong Paradigma Baru Keluarga Berencana
Ia pun menghimbau pada perempuan untuk sudah mulai memahami kebersihan vagina.
Sejauh ini ancaman kesehatan paling berat adalah itu. Setelah itu, tidak ada dampak kesehatan lain dari alat kontrasepsi menurut Prof Siswanto. Sedangkan aspek positif lain pun banyak.
"Aspek positifnya banyak dengan beberapa hal yang rematik, alergi dan sebagainya bisa juga diproteksi," kata Prof Siswanto menambahkan.
Selain itu dikabarkan bahwa alat kontrasepsi bisa berpengaruh pada permasalahan seksual perempuan.
Namun menurutnya, pernyataan ini belum dapat dibuktikan sepenuhnya.
"Saya pernah meminta mahasiswa saya meneliti benar tidak kalau perempuan memakai alat kontrasepsi suntik bisa mengurangi libido perempuan.
Ternyata di Jawa antara yang suntik dengan yang tidak, tidak ada bedanya," paparnya lagi.
Hal ini dikarenakan perempuan di Indonesia secara seksual hanya bersifat 'pasrah' tidak pernah berpikir harus orgasme.
"Sehingga tidak ada bedanya. Mengurangi libido tidak bisa dibuktikan karena perilaku seksual perempuan di Indonesia masih jauh dari budaya negara maju. Hingga saat ini belum ada yang meneliti serupa," pungkasnya.