Nikmati berita interaktif dan LIVE report 24 jam hanya di TribunX
Tribun Kesehatan

Mengenal Osteosarkoma: Kanker Tulang yang Sering Terjadi pada Anak Usia 13-15 Tahun

Kasus osteosrakoma tidak banyak, hanya ada sekitar kurang 1 persen dari seluruh kasus kanker anak.

Penulis: Rina Ayu Panca Rini
Editor: Erik S
zoom-in Mengenal Osteosarkoma: Kanker Tulang yang Sering Terjadi pada Anak Usia 13-15 Tahun
screenshot/tangkap layar
Webinar Yayasan Onkologi Anak Indonesia (YOAI), Sabtu (8/10/2022). Dokter spesilalis bedah tulang dari FKUI/RSCM Prof DR dr Achmad Fauzi Kamal mengatakan, osteosarkoma merupakan kanker tulang paling sering ditemui, terutama pada anak dan remaja 

Teknologi terbaru kini bisa mengganti jaringan tulang yang rusak tanpa amputasi dengan menggunakan prostetis tulang dari metal, dikenal dengan mega prostetis. 

"Harganya memang sangat mahal namun sudah ditanggung BPJS," imbuh dokter Fauzi.

Sementara itu dari aspek spikososial anak dengan kanker dokter spesialis kedokteran jiwa dari RSCM, Dr. Fransisca M. Kaligis, SpKJ (K), menambahkan, biasanya berdampak pada emosi dan perilakunya. 

Ketika seorang anak terdiagnosis, pasti ada dampak psikologis, berupa timbul rasa kaget, syok, menyangkal, dan kemudian marah.

“Stres saat didiagnosis kanker wajar, namun jika stres terus menerus justru akan mengganggu sistem di tubuh, mulai imunitas dan metabolik dan menimbulkan penyakit lain,” jelas dr Fransisca.

Baca juga: Kanker Payudara Harus Ditangani dengan Pengobatan Medis Bukan Herbal

Masalah psikologis yang dialami pasien kanker tergantung dari usia dan keparahan penyakit. 

Semakin berat kondisinya, masalah psikologinya pun biasanya lebih besar. Masalah yang dialami pasien kanker anak yang berusia muda juga berbeda dengan pasien remaja.

Berita Rekomendasi

Selain itu, saat seorang anak terdiagnosis kanker, umumnya akan segera menjadi penyakit keluarga karena semua anggota keluarga akan terdampak secara psikologis.  

Oleh karena itu dukungan perlu diberikan tidak hanya pada pasien namun juga keluarga pasien.

"Mengikuti komunitas sesama penderita kanker bisa menjadi dorongan semangat tersendiri bagi pasien maupun keluarganya," terang dia.

Seorang penyintas kanker tulang Faris Fadhli (29) menceritakan, tahun 2010 saat usia 17 tahun, dirinya didiagnosis kanker tulang. 

Gejalanya bengkak di lutut kanan, awalnya benturan karena bermain futsal. Lama-lama membengkak dan semain besar. Setelah cek ke dokter dinyatakan kanker tulang.

Baca juga: Perjuangan 5 Tahun Melawan Kanker Payudara, Efek Kemoterapi Mengubah Hidup Dana Iswara

Ia harus menjalani radiasi, namun sayangnya sempat tertunda karena kondisi drop. Akibatnya kondisi kanker semakin memburuk dan dokter terpaksa melakukan amputasi.

Setelah diamputasi kondisinya membaik. Faris melanjutkan pengobatan kemoterapi dan radioterapi. Sambil menjalani pemulihan, ia melanjutkan kuliah. 

Faris masuk ke komunitas Cancer Buster Community (CBC) dari YOAI memberikan motivasi kepada anak-anak penyandang kanker.

Faris bahkan bisa memilih karier sebagai atlet angkat berat. Faris beberapa kali meraih medali angkat berat penyandang disablitas. Menurut Faris, ia bisa melalui masa berat saat menderita kanker tulang hingga bisa bangkit karena support system, terutama dukungan dari keluarga.

Dapatkan Berita Pilihan
di WhatsApp Anda
Baca WhatsApp Tribunnews
Tribunnews
Ikuti kami di
© 2024 TRIBUNnews.com,a subsidiary of KG Media. All Right Reserved
Atas