Nikmati berita interaktif dan LIVE report 24 jam hanya di TribunX
Tribun Kesehatan

Sejarah AIDS Pertama Kali Ditemukan, Sebelumnya sudah Teridentifikasi Temuan HIV

Inilah sejarah AIDS pertama kali ditemukan di dunia maupun di Indonesia. Ditemukan sekitar tahun 1980an.

Penulis: Enggar Kusuma Wardani
Editor: Garudea Prabawati
zoom-in Sejarah AIDS Pertama Kali Ditemukan, Sebelumnya sudah Teridentifikasi Temuan HIV
Freepik
Ilustrasi HIV - Sejarah AIDS pertama kali ditemukan di dunia dan Indonesia. Terjadi mulai tahun 1980an yang sebelumnya sudah lebih dulu ditemukan kasus HIV. 

Obat ini dapat menghambat penggandaan virus dan meperlambat penyebaran HIV dalam tubuh.

Berikut rincian obat yang termasuk sebgai NRTI:

- Abacavir (Ziagen, ABC)

- Didanosin (Videx, dideoxyinosine, ddI)

- Emtricitabine (Emtriva, FTC)

- Lamivudine (Epivir, 3TC)

- Stavudin (Zerit, d4T)

Berita Rekomendasi

- Tenofovir (Viread, TDF)

- Zalcitabine (Hivid, ddC)

- Zidovudine (Retrovir, ZDV atau AZT)

Efek samping yang ditimbulkan dari penggunaan NRTI berbeda-beda, tergantung pada individu.

Ada baiknya, penggunaan NRTI berdasarkan saran dan informasi dari dokter.

Baca juga: Orang dengan HIV dan AIDS Rentan Kena Tuberkulosis

2. Protease Inhibitors (PI)

Obat ini disetujui oleh FDA karena dapat menghambat repilkasi virus pada tingkat selanjutnya dalam siklus virus.

Obat yang termasuk dalam Protease Inhibitors yakni:

- Amprenavir (Agenerase, APV)

- Atazanavir (Reyataz, ATV)

- Fosamprenavir (Lexiva, FOS)

- Indinavir (Crixivan, IDV)

- Lopinavir (Kaletra, LPV/r)

- Ritonavir (Norvir, RIT)

- Saquinavir (Fortovase, Invirase, SQV)

Sama seperti NRTI, efek samping yang ditimbulkan oleh obat PI berbeda-beda setiap individu.

Penderita AIDS wajib berkonsultasi dengan dokter terlebih dahulu sebelum mengonsumsi obat PI.

3. Dolutegravir

Dikutip dari laman Kemkes, Pada bulan Juli 2018 WHO telah merekomendasikan dolutegravir yang merupakan obat dari golongan kelas penghambat integrase atau Integrase Inhibitor (INIs).

Dolutegravir dapat digunakan untuk pengobatan HIV sebagai alternatif pada terapi yang menggunakan efavirenz.

Cara kerja Dolutegravir yakni dengan menghambat integrase, enzim yang dibutuhkan oleh HIV untuk memasukkan virus ke dalam DNA dari sel T CD4 pejamu.

Dolutegravir menghambat pekerjaan enzim ini, dengan akibat DNA HIV tidak dipadukan pada DNA sel induk.

HIV menulari sel tersebut, tetapi tidak mampu menggandakan diri.

(Tribunnews.com/Enggar Kusuma)

Sumber: TribunSolo.com
Dapatkan Berita Pilihan
di WhatsApp Anda
Baca WhatsApp Tribunnews
Tribunnews
Ikuti kami di
© 2024 TRIBUNnews.com,a subsidiary of KG Media. All Right Reserved
Atas