Mengenal BF.7, Subvarian Omicron Pemicu Lonjakan Kasus Covid-19 di China
Lonjakan kasus infeksi virus corona (Covid-19) di China saat ini diyakini karena kemunculan sub-varian BF.7 dari varian Omicron
Penulis: Fitri Wulandari
Editor: Choirul Arifin
Laporan Wartawan Tribunnews, Fitri Wulandari
TRIBUNNEWS.COM, BEIJING - Lonjakan kasus infeksi virus corona (Covid-19) di China saat ini diyakini karena kemunculan sub-varian BF.7 dari varian Omicron yang beredar di negara tersebut.
Ini bukan kali pertama BF.7 menjadi pembicaraan, karena pada Oktober lalu, BF.7 mulai menggantikan varian yang saat itu dominan di Amerika Serikat (AS) dan beberapa negara Eropa.
Bagaimana sebenarnya subvarian BF.7 ini?
Dikutip dari Indianexpress.com, Jumat (23/12/2022), saat virus bermutasi, mereka membuat garis keturunan dan sub-garis keturunan seperti batang utama pohon SARS-CoV-2 yang menumbuhkan cabang dan cabang pembantu.
Subvarian BF.7 sama dengan BA.5.2.1.7 yang merupakan sub-silsilah dari sub-silsilah Omicron BA.5.
Sebuah studi yang diterbitkan dalam jurnal 'Cell Host and Microbe' pada awal bulan ini melaporkan bahwa sub-varian BF.7 memiliki resistensi netralisasi 4,4 kali lipat lebih tinggi dibandingkan varian D614G asli.
Ini mengindikasikan bahwa dalam pengaturan laboratorium, antibodi dari yang divaksinasi atau terinfeksi individu lebih kecil kemungkinannya untuk menghancurkan BF.7 daripada virus asli Wuhan yang menyebar ke seluruh dunia pada 2020.
Namun BF.7 bukanlah sub-varian yang paling tangguh, karena studi yang sama melaporkan resistensi netralisasi lebih dari 10 kali lipat lebih tinggi di sub-varian Omicron lainnya yang disebut BQ.1.
Baca juga: WHO Prediksi ICU Rumah Sakit China Akan Penuh Karena Lonjakan Kasus Covid-19
Resistensi netralisasi yang lebih tinggi mengindikasikan bahwa ada kemungkinan varian yang lebih tinggi menyebar dalam suatu populasi dan menggantikan varian lain.
BF.7 menyumbang lebih dari 5 persen kasus di Amerika Serikat (AS) dan 7,26 persen kasus di Inggris pada Oktober lalu.
Baca juga: Warga India Diminta Kembali Pakai Masker Gara-gara Kasus Covid-19 Melonjak di China
Ilmuwan di Barat mengamati varian itu secara cermat, namun tidak ada peningkatan dramatis dalam jumlah kasus positif atau rawat inap di negara-negara tersebut.