Ramai soal Nasi Minyak, Ini Alasan Minyak Jelantah Tak Boleh Dikonsumsi
Menu dengan minyak berlebihan mulai dari lauk yang goreng, kemudian diberi bumbu berminyak, serta sambal yang disiram minyak jadi viral.
Penulis: Rina Ayu Panca Rini
Editor: Anita K Wardhani
Laporan Wartawan Tribunnews.com, Rina Ayu
TRIBUNNEWS.COM, JAKARTA – Belakangan ini ramai jadi perdebatan di media sosial terkait nasi minyak.
Sajian berupa nasi yang disajikan dengan minyak berlebihan mulai dari lauk yang goreng, kemudian diberi bumbu berminyak, serta sambal yang disiram minyak panas.
Baca juga: Pemerintah Perlu Serius Memaksimalkan Minyak Jelantah Sebagai Biodiesel
Meski terlihat nikmat dan menggiurkan, banyak netizen yang justru berkomentar bahwa menu tersebut tidak sehat.
Minyak jelantah atau bekas pakai memang tidak disarankan digunakan.
Mengutip dari laman Kemenkes, penggunaan minyak bekas dapat berpengaruh pada kenaikan kolesterol.
Baca juga: Tips Memasak Nasi yang Enak Tapi Tetap Sehat
Karena minyak yang berkali-kali digunakan akan mengakibatkan ikatan rangkap pada asam lemak tidak jenuh rusak, sehingga tinggal asam lemak jenuh saja.
Selain itu juga akan menyebabkan penumpukan lemak, asam lemak jenuh.
Pada minyak goreng umumnya terdiri dari asam miristat, asam palmitat, asam laurat dan asam kaprat jika dikomsumsi dalam jumlah berlebih, dapat meningkatkan kadar kolesterol naik.
Mengapa demikian? Ini karena lemak jenuh tersebut akan mengalami hidrolisis selama proses pencernaan yaitu dirubah menjadi molekul seperti endapan yang ditimbun di sel dan jaringan lemak.
Pada sebagian orang, konsumsi gorengan dalam jangka yang panjang hanya menyebabkan tenggorokan gatal dan batuk.
Namun bagi mengindap kolesterol yang sangat tinggi ini akan mengakibatkan pembuluh darah tersebut mengendap dan akan terjadi stroke maupun risiko terkena kanker.
Mengutip Center for Disease Control and Prevention (CDC) Amerika Serikat, ada pertumbuhan bakteri Clostridium botulinum saat minyak tidak didinginkan.
Bakteri ini dapat memicu botulisme atau kondisi keracunan makanan yang bisa berujung fatal.
Botulisme biasanya memicu sejumlah gejala seperti sulit bernapas, sulit menelan, otot terasa lemah, penglihatan kabur, mata sayu, dan sulit menggerakkan mata.