1 dari 3 Anak di Bawah 5 Tahun Alami Anemia, Ini Risiko Tubuh Jika Kekurangan Zat Besi
Anemia masih dialami sekitar 1 dari 3 anak berusia di bawah 5 tahun di Indonesia karena dipengaruhi buruknya status gizi.
Penulis: Rina Ayu Panca Rini
Editor: Willem Jonata
Laporan Wartawan Tribunnews.com, Rina Ayu
TRIBUNNEWS.COM, JAKARTA – Indonesia masih menghadapi permasalahan stunting, dimana 1 dari 4 anak di Indonesia mengalami stunting.
Terdapat beberapa faktor yang menyebabkan masih tingginya angka stunting di Indonesia, di antaranya masih buruknya status gizi anak Indonesia, dimana anemia masih dialami sekitar 1 dari 3 anak berusia di bawah 5 tahun di Indonesia.
Anemia sebagian besar dapat disebabkan karena kekurangan zat besi.
Dokter Spesialis Anak Konsultan Nutrisi dan Penyakit Metabolik, dr. Cut Nurul Hafifah, Sp.A(K) mengatakan, mikronutrien merupakan vitamin dan mineral yang berperan dalam proses tumbuh kembang anak serta membantu menjaga kesehatan anak, baik fisik maupun kognitif.
Mikronutrien diantaranya seperti zat besi, kalsium, atau vitamin A, B, C, atau D.
Baca juga: Makanan yang Baik Dikonsumsi untuk Penderita Anemia: Bayam hingga Daging Sapi
Berbagai vitamin dan mineral ini memungkinkan tubuh untuk memproduksi enzim, hormon, dan zat lain yang dibutuhkan tubuh untuk bertumbuh dan berkembang secara optimal.
Oleh karena itu, bila kebutuhan mikronutrien ini tidak terpenuhi, anak menjadi lebih rentan terhadap penyakit serta memiliki perkembangan fisik dan kemampuan kognitif yang buruk.
Beberapa masalah kesehatan yang terkait defisiensi mikronutrien tertentu pun bisa terjadi. Misalnya, anemia pada anak akibat kekurangan zat besi, hingga stunting dan bahkan bisa menyebabkan hidden hunger.
“Defisiensi mikronutrien atau disebut juga dengan hidden hunger merupakan salah satu bentuk kekurangan gizi atau malnutrisi pada anak. Kondisi ini terjadi ketika anak tidak mendapat asupan vitamin dan mineral esensial yang sesuai dengan kebutuhannya," mata dr Cut dalam kegiatan virtual bersama Danone, Selasa (24/1/2023).
Data Food and Agriculture Organization (FAO) menyebutkan, sebanyak 2 miliar orang atau sekitar satu dari tiga orang mengalami defisiensi mikronutrien.
Bahkan, kondisi ini sering memengaruhi anak-anak, terutama dalam 1.000 Hari Pertama Kehidupan (HPK) anak atau hingga usia 2 tahun. Dimana menyebabkan kematian lebih dari 1 juta anak usia dibawah 5 tahun setiap tahunnya akibat kekurangan mikronutrien.
Banyak cara agar bisa memenuhi kebutuhan asupan mikronutrien pada anak, misalnya untuk memenuhi kebutuhan zat besi bisa dengan memberikan asupan protein hewani.
“Dengan mengonsumsi protein hewani maka sekaligus bisa memenuhi kebutuhan zat besi anak sehingga bisa mencegah anemia bahkan stunting," terang dia.
Adapun sumber makanan yang mengandung protein hewani dan Zat Besi dapat diperoleh dengan mudah misalnya pada daging merah, ayam, hati, ikan, dan telur.
Namun tidak hanya protein hewani dan Zat Besi saja. Untuk membantu penyerapan yang maksimal dibutuhkan kombinasi yang tepat antara protein hewani, Zat Besi dan vitamin C dalam menu makanan anak sehari-hari agar penyerapan nutrisi di dalam tubuh, terutama Zat besi bisa meningkat hingga dua kali lipat.
Untuk itu, bisa dilengkapi juga dengan susu pertumbuhan yang difortifikasi dengan kombinasi Zat Besi & Vitamin C.
"Dengan penyerapan nutrisi yang maksimal, bisa membantu anak meningkatkan pertumbuhan otak dan kemampuan belajar, pertumbuhan fisik, perkembangan motorik dan sensorik, serta daya tahan tubuh,” ujar dr. Cut.
Untuk terus mendukung pemerintah dalam menurunkan tingkat stunting di Indonesia, diperlukan edukasi dan kolaborasi semua pihak.