Kesadaran Kesehatan Masih Rendah, Sosialisasi Bahaya Stunting Harus Dilakukan Sampai ke Akar Rumput
penanganan stunting masih membutuhkan upaya optimal, guna mencapai target 14 persen tahun 2024 dan nol persen tahun 2030
Penulis: Eko Sutriyanto
Editor: Muhammad Zulfikar
Laporan Wartawan Tribunnews.com, Eko Sutriyanto
TRIBUNNEWS.COM, JAKARTA - Stunting yang merupakan sebutan bagi kondisi gizi buruk kronis ini, merupakan salah satu faktor yang dapat menghambat tumbuh kembangnya seorang anak.
Survei Status Gizi Indonesia (SSGI) tahun 2022, prevelensi stunting Nasional sebesar 21,6 persen dan kondisi ini sudah lebih baik dari tahun sebelumnya karena ada penurunan sebesar 2,8 persen dari 24,4 persen.
Ketua Umum Perhimpunan Perempuan Lintas Profesi Indonesia, Wardatul Asriah, mengatakan, penanganan stunting masih membutuhkan upaya optimal, guna mencapai target 14 persen tahun 2024 dan nol persen tahun 2030 sebagaimana target Tujuan Pembanguan Berkelanjutan (SDGs).
Baca juga: Intervensi Terpadu Kemiskinan Ekstrem Bisa Turunkan Prevalensi Stunting
"Diperlukan sosialisasi pencegahan stunting yang langsung dilakukan di grass root karena pemahaman ataupun kesadaran terhadap masalah kesehatan, umumnya masih rendah," kata Wardatul dalam keterangannya, Kamis (9/3/2023).
Sebagai organisasi sosial dengan visi dan misi pemberdayaan perempuan, upaya kegiatan sosialisasi cegah stunting ini merupakan aksi nyata PPLIPI dalam menindaklanjuti Deklarasi Percepatan Penurunan Stunting yang digagas Kowani di mana PPLIPI terdaftar sebagai salah satu anggotanya.
Sosialisasi Cegah Stunting PPLIPI dilaksanakan langsung di Grass Root, di mana pemahaman ataupun kesadaran terhadap masalah kesehatan, umumnya masih rendah.
Titik pertama di Serang, yang dibawakan oleh Kartika Yudhisti, Wakil Ketua Umum Bidang Pemberdayaan Perempuan dan Perlindungan Anak.
Sementara titik lainnya yaitu di Cibuntu, Cikarang Barat dan Tambun- yang masuk ke dalam wilayah Kabupaten Bekasi, dibawakan oleh Sherlita Nabilah, Ketua Umum PPLIPI MUDA ( PPLIPI yang anggotanya perempuan muda usia 20– 35 tahun), didamping oleh Wardatul Asriah yang lebih sering disapa Ibu Indah SDA, Ketua Umum PPLIPI.
Acara yang dihadiri oleh Ibu-Ibu muda yang masih dalam usia produktif dan memiliki Balita, diisi dengan informasi tentang penyebab Stunting, ciri-ciri Stunting, cara mencegah dan cara mengatasinya.
Berdasarkan hasil sosialisasi tampak peserta baru tercerahkan bahwa stunting adalah masalah gizi buruk kronis akibat kurangnya asupan gizi dalam jangka waktu panjang sehingga berpotensi mengakibatkan terganggunya pertumbuhan pada anak, menjadi penyebabkan tinggi badan anak terhambat sehingga lebih rendah dibandingkan anak-anak seusianya.
Baca juga: Atasi Stunting, Menko PMK Dorong Anak-anak di Maluku Konsumsi Ikan
"Banyak yang belum mengerti ternyata stunting juga dapat menyebabkan terganggunya perkembangan otak anak, sehingga sangat mempengaruhi kemampuan dan prestasi anak di sekolah," kata wanita yang akrab dipanggil Indah SDA ini.
Indah meminta semua masyarakat aktif mendukung program ini, terutama para Ibu-Ibu yang memiliki balita, agar jumlah penduduk Indonesia yang lebih dari 270 juta jiwa, dapat menjadi bonus demografi, karena memiliki kualitas Sumber Daya Manusianya bagus.
"Kualitas SDM merupakan syarat mutlak dalam perkembangan sebuah negara dan kualitas SDM itu sangat tergantung dari asupan gizi, terutama saat mereka di usia balita di mana bagus tidaknya asupan gizi si anak, tergantung kepada orangtua yang mengurusnya, dalam hal ini para ibu mereka.
Jadi peran Ibu-Ibu ini dalam mengurus tumbuh kembang anak, bukan main-main, harus serius dijalaninya. Jadi Ibu-ibu kalau punya uang, gizi anak dulu diperhatikan, kalau ada sisa baru beli gelang," kata Indah SDA.