Anak Muda Sibuk Prewedding, Lupakan Prakonsepsi Jelang Nikah untuk Cegah Stunting
Kepala BKKBN Hasto Wardoyo mengingatkan pentingnya melakukan prakonsepsi sebelum menikah untuk mencegah stunting.Bukan sibuk prewedding.
Editor: Anita K Wardhani
TRIBUNNWS.COM, JAKARTA - Kepala Badan Kependudukan dan Keluarga Berencana Nasional (BKKBN) Hasto Wardoyo mengingatkan pentingnya melakukan prakonsepsi sebelum menikah untuk mencegah stunting.
Ia pun menyayangkan banyak anak muda yang akan menikah lebih mementingkan kegiatan prewedding daripada hal mendesak yakni prakonsepsi.
Baca juga: Kepala BKKBN: Jarak Kelahiran Anak Terlalu Dekat Bisa Bikin Angka Stunting Tinggi
Menurutnya, prakonsepsi tidak memerlukan biaya yang besar.
"Anak-anak muda (foto) prewedding mulu enggak prakonsepsi, enggak pikir prakonsepsi. Ukur lingkar lengan, periksa hb, itu saja," kata dia dalam Pemberian Penghargaan Inspirator dan Penggerak Cegah Stunting BKKBN dan Tribun Network di Studio 1 Kompas TV, Palmerah, Jakarta, Senin (17/7/2023).
Ia menerangkan, prakonsepsi bisa dilakukan oleh calon orangtua tiga bulan sampai satu tahun sebelum kehamilan.
Calon ibu hamil dapat memeriksakan diri ke fasilitas kesehatan.
Nantinya, calon ibu hamil bisa meminum asam folat, memeriksakan lingkar lengan dan hb (hemoglobin).
Baca juga: Konsep Bergerak Bersama Jadi Jurus Jitu Kota Semarang Tekan Angka Stunting
Sementara bagi calon ayah, bisa menanggalkan kebiasaan buruk seperti merokok dan minum alkohol agar menghasilkan sperma yang baik.
Upaya ini dapat mencegah hal-hal yang tidak diinginkan seperti pertumbuhan janin yang lambat atau kehamilan yang mengalami gangguan.
'karena yang jadi concern serius itu bahwa merencanakan anak itu belum dianggap penting. Ini tantangan serius. Keluarga itu harus direncanakan, jangan main-main kalau mau hamil," ungkap dia.
Karena itu diharapkan, masyarakat bersama pemerintah bersama-sama menurunkanangka stunting sesuai yang diamanatkan Presiden Jokowi yakni 14 persen.
Salah satunya, memahami pentingnya kehidupan 1000 hari pertama kelahiran dengan kesiapan nikah, kesiapan untuk hamil, serta mengetahui bagaimana menjaga jarak kehamilan.
Ketua Ikatan Bidan Indonesia (IBI) Emi Nurjasmi menekankan jika pencegahan stunting bukan dimulai saat bayi sudah lahir. "Kita mencegah stunting tidak pada bayi sudah ada (dilahirkan) saja," ujar Emi.
Ia menegaskan jika stunting terjadinya bukan secara tiba-tiba. Proses terjadinya stunting cukup panjang dan lama.