Prevalensi Stunting Terus Turun, Wakil Presiden: Tidak Boleh Berpuas Diri
Tren prevalensi stunting di Indonesia terus turun. Meski begitu, Wakil Presiden Ma’ruf Amin minta agar jangan langsung berpuas diri.
Penulis: Aisyah Nursyamsi
Editor: Anita K Wardhani
Laporan Wartawan Tribunnews.com, Aisyah Nursyamsi
TRIBUNNEWS.COM, JAKARTA - Kolaborasi upaya percepatan penuruan penurunan stunting menunjukkan hasil yang baik.
Tren prevalensi stunting di Indonesia terus turun.
Baca juga: Anak Stunting Bisa Mendadak Obsesitas Jika Salah Penanganan, Bagaimana Penjelasannya?
Meski begitu, Wakil Presiden Ma’ruf Amin minta agar jangan langsung berpuas diri.
“Namun saya minta kita tidak boleh berpuas diri karena masih ada target yang harus kita kejar yaitu prevalensi stunting 14 persen di tahun 2024," ungkapnya pada keterangan resmi, Senin (9/10/2023).
Terlebih saat ini waktu hanya tersisa satu tahun lagi.
Baca juga: Kisah Bidan Fifi Sumanti Turunkan Angka Stunting di Pulau Komodo, Mitos di Masyarakat Jadi Tantangan
"Artinya, sisa yang harus kita capai di tahun 2003 ini adalah 3,8 persen dan di tahun 2024, jadi 7,6 persen. Dan itu harus dicapai kalau kita ingin bisa mencapai 14 persen," tambah Kepala Badan Kependudukan dan Keluarga Berencana Nasional (BKKBN) Hasto Wardoyo.
Di sisi lain, tantangan percepatan penurunan stunting ke depan akan semakin berat.
Selain keterbatasan waktu dan besarnya target untuk dicapai, Indonesia juga dihadapkan pada tahun politik.
Ma'aruf Amin meminta para pejabat pemerintah serta seluruh organisasi perangkat daerah untuk mengawal pelaksanaan program tahun depan.
"Sekaligus memastikan penurunan stunting tetap menjadi program prioritas pada saat transisi pemerintahan nanti," ujar Ma’ruf Amin.
Wapres juga menegaskan peran aktif serta sinergi dan kolaborasi seluruh pihak adalah kunci dalam upaya mengatasi masalah gizi, termasuk stunting.
Pada intervensi sensitif, selain isu ketahanan pangan, perbaikan praktik pengasuhan juga perlu menjadi perhatian.
Selain itu edukasi penting diberikan. Agar tidak hanya kepada orang tua.
Tetapi juga kepada keluarga besar yang melakukan pengasuhan anak.
"Kemudian aspek lain yang masih harus ditingkatkan adalah pengorganisasian dan peningkatan kapasitas penggerak di lapangan yang bersentuhan langsung dengan masyarakat,” tutupnya Wakil Presiden.