Modernisasi Kimia Medisinal Dukung Pengembangan Obat Baru bagi Penderita Kanker Payudara dan Malaria
Menurut Prof Ade, penelitian dan pengembangan obat baru secara sintetik memerlukan biaya yang tinggi.
Editor: Malvyandie Haryadi
“Nanopartikel asam galat memberikan sitotoksisitas yang tinggi pada sel T47D dibandingkan asam galat bebas, sehingga dapat dikembangkan lebih lanjut sebagai kandidat yang menjanjikan untuk terapi pengobatan kanker payudara,” katanya.
Pada pengukuhannya itu, Ade menyampaikan orasi ilmiah berjudul “Modernisasi Kimia Medisinal: Inovasi Rekayasa Struktur Molekul Berbasis Sintesis Kimia untuk Mendukung Penemuan dan Pengembangan Obat Baru di Indonesia”.
Ia menyebutkan bahwa pertambahan populasi penduduk mengakibatkan kebutuhan obat-obatan meningkat dari tahun ke tahun.
Namun, peningkatan kebutuhan ini tidak diikuti dengan ketersediaan obat dan bahan obat yang berdampak pada mahalnya harga obat karena sekitar 90 persen bahan baku masih impor.
Oleh karena itu, pencarian obat baru yang aman dan efektif menjadi tantangan besar bagi penelitian dan pengembangan obat di bidang Kimia Medisinal.
Kimia Medisinal merupakan ilmu pengetahuan multidisiplin yang digunakan untuk memahami mekanisme kerja obat pada tingkat molekul.
Penerapan ilmu ini secara kovensional menunjukkan bahwa hingga awal abad ke-20, sebagian besar obat berasal dari sumber alami, seperti tumbuhan dan mikroorganisme, sedangkan pada pertengahan abad ke-20, obat-obatan ada yang berasal dari sintesis kimia atau yang dikenal dengan obat sintetik.
Penelitian Prof. Ade terkait inovasi rekayasa struktur molekul merupakan satu dari banyaknya penelitian yang dilakukannya. (*)