Pemerintah Targetkan Nol Kematian Akibat DBD di 2030, Sebanyak 19 Ribu Vaksin Dengue Dibagikan
Provinsi Kalimantan Timur dipilih karena menjadi salah satu daerah endemik dengue di Indonesia dengan beban yang tinggi.
Penulis: Rina Ayu Panca Rini
Editor: Muhammad Zulfikar
Laporan Wartawan Tribunnews.com, Rina Ayu
TRIBUNNEWS.COM, JAKARTA - Pemerintah terus berupaya memenuhi target nol kematian akibat Demam Berdarah Dengue (DBD) pada 2030.
Diketahui DBD adalah penyakit virus yang ditularkan oleh nyamuk dengan penyebaran tercepat dan merupakan ancaman kesehatan masyarakat yang besar.
Baca juga: Pasien DBD Usia 15 Tahun ke Atas Capai 48 Persen, Masyarakat Diimbau Lakukan Vaksinasi
Tingginya tingkat penyebaran dan kematian akibat dengue di Indonesia, mendorong pemerintah dan pihak swasta bersinergi.
Kementerian Kesehatan (Kemenkes RI) mencatat, dalam 47 pekan tahun 2023 (periode Bulan Januari – November), terdapat 83.302 kasus DBD di 465 Kab/Kota di 34 Provinsi dengan angka kematian 574 kasus.
Direktur Jenderal Pencegahan Penyakit (P2P) Kemenkes Dr. dr. Maxi Rein Rondonuwu, DHSM., MARS, mengatakan, untuk dapat menekan angka kejadian dengue di Indonesia, diperlukan pelaksanaan strategi yang menyeluruh dan sistematis.
Baca juga: Kasus DBD di Yogyakarta Tahun 2023 Hanya 67, Jumlah Terendah Selama 30 Tahun Terakhir
"Kami melihat penguatan sistem dan data menjadi kunci yang akan dapat mengantarkan kita kepada tujuan bersama ‘nol kematian akibat dengue’ di tahun 2030. Tapi tentunya hal ini tidak lepas dari perlunya sinergi yang kuat antara berbagai pihak, baik pemerintah, maupun sektor swasta," kata Dr Maxi dalam kegiatan baru-baru ini.
Adapun salah satu program yang mendukung pencapaian ‘nol kematian akibat dengue 2030’ adalah Program Vaksinasi DBD di Kota Balikpapan, Kalimantan Timur pada tanggal 12 November 2023 lalu oleh Dinas Kesehatan setempat.
Program ini bersejarah, di mana pertama kalinya program vaksinasi untuk DBD dilakukan di Indonesia dengan lebih dari 19.000 dosis.
"Ini adalah sebuah momentum bagi Indonesia untuk menurunkan angka kasus DBD dan mendekati tujuan ‘nol kematian akibat dengue’ di tahun 2030," ungkap Direktur Utama Bio Farma, Shadiq Akasya.
Provinsi Kalimantan Timur dipilih karena menjadi salah satu daerah endemik dengue di Indonesia dengan beban yang tinggi.
Baca juga: Kemenkes Tegaskan Teknologi Wolbachia Cegah DBD Pasti Aman
Pada tahun 2022, mengalami peningkatan kasus hampir di 10 Kabupaten/Kota dengan IR 58,2 / 100.000 dan CFR sebesar 0,66 persen yang masih jauh dari target pemerintah dalam menurunkan beban dengue hingga IR <10/100.000.
Sepanjang tahun 2022, telah terjadi 2 KLB dengue serta peningkatan 2 kali lipat kasus dengue dibandingkan tahun sebelumnya. Kasus dengue berdampak pada masyarakat dari berbagai kelompok usia di seluruh wilayah Kalimantan Timur.
Dinas Kesehatan Kalimantan Timur telah mengupayakan Program PSN 3M Plus serta penguatan program G1R1J di seluruh jangkauan komunitas masyarakat Kalimantan, serta inovasi pencegahan pilot Wolbachia di Bontang, namun terkendala masalah konsistensi dan kesinambungan.
“Kami sangat menyambut baik kerja sama inovasi dalam pencegahan dengue, untuk menurunkan angka kejadian dengue di masyarakat," ungkap Kepala Dinas Kesehatan Provinsi Kalimantan Timur, dr. H. Jaya Mualimin, SpKJ, M.Kes, MARS.
Selain memperkuat pengumpulan dan validasi data persebaran dengue di Indonesia, diperlukan juga intervensi inovasi guna menurunkan angka kejadian dengue.
Seperti kampanye kesehatan Ayo 3M Plus dan Vaksin DBD.
Hal ini disampaikan oleh Presiden Direktur PT Takeda Innovative Medicines Andreas Gutknecht.
“Seperti yang kita ketahui, sampai saat ini, belum ada obat yang spefisik untuk menyembuhkan dengue. Kami berkomitmen untuk memerangi dengue dengan membuka akses yang luas terhadap inovasi pencegahan dengue. Dalam hal ini, kami turut menggandeng Bio Farma sebagai mitra, untuk bersama-sama melindungi lebih banyak masyarakat dari bahaya dengue," tutur dia.