Komplikasi Hipertensi Bebani Ekonomi Keluarga karena Biaya Pengobatan Mahal
Perlu upaya meningkatkan kesadaran masyarakat terhadap gaya hidup sehat, deteksi dini, dan pengendalian tekanan darah guna mengurangi beban ekonomi
Editor: Eko Sutriyanto
Dinding pembuluh darah akan rusak dan mempermudah partikel untuk saling menempel yang akan membentuk plak. Plak bisa bersifat tidak stabil dan sewaktu-waktu lepas menuju ke distal dan menyumbat di pembuluh darah yang lebih kecil.
Proses atherosklerosis juga akan menyebabkan penebalan dinding pembuluh darah sehingga terjadi penyempitan lumen pembuluh darah.
Kedua kondisi ini akan menyebabkan aliran darah ke otak terganggu dan terjadilah stroke iskemik. Selain menyebabkan penyumbatan aliran darah, hipertensi juga menyebabkan terjadinya perdarahan di otak.
Hipertensi akan menyebabkan lipohialonosis pembuluh darah arteri berukuran kecil, sehingga dindingnya menipis dan mudah pecah.
Selain itu hipertensi juga mengakibatkan gangguan kognitif dan demensia. Hipertensi merupakan faktor risiko terjadinya penurunan fungsi kognitif dan demensia termasuk penyakit Alzheimer.
Mekanisme terjadinya gangguan kognitif pada hipertensi sangat kompleks. Hipertensi menyebabkan kerusakan endotel pembuluh darah, akibat berkurangnya aliran darah sehingga suplai oksigen dan nutrien tidak cukup, menurunkan neurotransmiter akan menyebabkan kerusakan sel neuron.
Pasien yang pernah mengalami stroke berisiko menjadi demensia yang dikenal dengan demensia vascular.
Selain berdampak langsung kepada susunan saraf, hipertensi juga bisa terjadi akibat komplikasi hipertensi pada organ lain yang terjadi lebih dulu seperti atrial fibrilasi, infark miokard dan gagal jantung.
“Upaya preventif terhadap kerusakan saraf yang harus dilakukan pada pasien hipertensi adalah menurunkan tekanan darah sesuai target yang telah ditentukan serta mengontrol variasi kenaikan tekanan darah dalam waktu 24 jam, terutama di pagi hari dengan melakukan intervensi gaya hidup dan medikamentosa," ungkapnya.
Hal yang harus diingat, bahwa faktor risiko stroke bukan hanya hipertensi, sering ditemukan faktor risiko lainnya seperti diabetes, obesitas, dislipidemia yang juga harus ditangani dengan benar.
Bila terjadi stroke, harus segera dibawa ke rumah sakit yang memiliki fasilitas untuk menangani stroke. Pada kasusstroke iskemik akan dilakukan thrombolisis intravena (IVT) dalam tenggang waktu empat jam tiga puluh menit setelah onset (golden time).
Tatalaksana perdarahan otak ditentukan oleh luas dan volume perdarahan serta lokasi
perdarahan.
"Pada kasus perdarahan yang kecil dilakukan tindakan konservatif, dan untuk perdarahan yang luas dibutuhkan tindakan operasi untuk mengevakuasi perdarahan dan bila diperlukan dipasang drainage (VP shunt),” ungkapnya.
Bagi pasien-pasien hipertensi yang mengalami gangguan kognitif dan demensia harus
mendapat terapi khusus termasuk berbagai latihan dengan tujuan memperlambat penurunan fungsi dan memperbaiki kualitas hidupnya.
dr. Djoko Wibisono, Sp,PD-KGH, Sekretaris Jenderal InaSH, mengatakan, penyakit ginjal kronik (PGK) adalah penyakit global yang prevalensinya tinggi. Sekitar 1 dari 10 orang di dunia menderita PGK.
PGK dikaitkan dengan peningkatan risiko semua penyebab kematian dan merupakan penyebab kematian nomor lima di dunia.
“Secara global dan di Indonesia penyebab PGK tersering adalah Diabetes dan Hipertensi. Maka setiap penyandang Hipertensi dan Diabetes perlu melakukan deteksi dini untuk mencegah PGK dengan melakukan pemeriksaan fungsi ginjal untuk mengetahui penurunan fungsi ginjal sejak dini dengan pemeriksaan darah dan urin.
Pemeriksaan darah dengan melihat kadar kreatinin dan Laju Filtrasi Glomerulus (LFG) untuk melihat fungsi ginjal.
"Pemeriksaan urine dengan melihat kadar albumin atau protein dengan pemeriksaan Urine
Albumin Creatinin Ratio (UACR) untuk melihat kebocoran ginjal,” tambahnya.
dr. Siska Suridanda Danny, Sp.JP(K) FIHA, PIC Konsensus – Kardio mengatakan, hipertensi pada organ jantung merupakan kontributor utama terjadinya serangan jantung dan gagal jantung.
Ini menjadi dua hal yang sering dianggap serupa namun sesungguhnya berbeda, namun keduanya merupakan penyebab kematian tertinggi di bidang kardiovaskular.