Nikmati berita interaktif dan LIVE report 24 jam hanya di TribunX
Tribun Kesehatan

Jadi Penyebab Kebutaan Terbesar Kedua, Ketahui Faktor Risiko Glaukoma dan Kapan Lakukan Skrining

Di dunia, dari 39 juta kasus kebutaan, sebanyak 3,2 juta disebabkan glaukoma. Di Indonesia, 4 sampai 5 orang dari 1.000 orang menderita glaukoma.

Penulis: Aisyah Nursyamsi
Editor: Bobby Wiratama
zoom-in Jadi Penyebab Kebutaan Terbesar Kedua, Ketahui Faktor Risiko Glaukoma dan Kapan Lakukan Skrining
TRIBUN JOGJA/HASAN SAKRI GHOZALI
DETEKSI DINI GLAUKOMA. Tenaga medis dari rumah sakit mata Dr Yap melakukan pemeriksaan mata kepada salah satu warga yang mengikuti pemeriksaan dini glaukoma di Puskemas Gondokusuman I, Kota Yogyakarta, Rabu (14/3/2018). Deteksi dini glaukoma yang dilakukan secara gratis kepasa 100 orang warga tersbeut diadakan dalam rangka peringatan pekan glaukoma sedunia sebagai bentuk peringkatan pengetahuan masyarakat akan penyakit yang menjadi penyebab kebutaan permanen no satu didunia. TRIBUN JOGJA/HASAN SAKRI 

Laporan Wartawan Tribunnews.com, Aisyah Nursyamsi

TRIBUNNEWS.COM, JAKARTA- Glaukoma merupakan penyebab kebutaan kedua terbanyak setelah katarak. Baik di seluruh dunia maupun di Indonesia dan bersifat permanen.

Glaukoma menyumbang 12,3 persen dari total kasus kebutaan.

Di dunia, dari 39 juta kasus kebutaan, sebanyak 3,2 juta disebabkan glaukoma.

Di Indonesia, 4 sampai 5 orang dari 1.000 orang menderita glaukoma.

Oleh karena itu, penting bagi masyarakat untuk mengetahui faktor risiko glaukoma agar lebih waspada.

Dokter spesialis mata Dr. Fifin Luthfia pun menjelaskan beberapa faktor risikonya.

Berita Rekomendasi

Pertama, kasus glaukoma pada perempuan lebih tinggi dibandingkan laki-laki.

Kedua, kasus glaukoma pada ras kulit hitam lebih banyak dibandingkan ras kulit putih.

"(Ketiga) glaukoma juga merupakan penyakit degeneratif sehingga risikonya meningkat seiring bertambahnya usia," ungkapnya pada laman resmi Kementerian Kesehatan dilansir, Rabu (27/3/2024).

Faktor lain yang berperan adalah riwayat glaukoma dalam keluarga.

Lalu status efraksi seperti miopia dan hipermetropia, serta penyakit sistemik seperti diabetes mellitus, hipertensi, dan hipotensi.

Baca juga: Glaukoma Penyebab Kedua Kebutaan di Indonesia Setelah Katarak


Orang dengan faktor risiko diimbau untuk melakukan skrining.

Dokter Spesialis Mata Dr. dr. Evelyn Komaratih, SpM (K) Dr. Evelyn, menekankan pentingnya skrining glaukoma sebagai deteksi dini untuk meminimalisir kehilangan fungsi penglihatan.

Halaman
12
Dapatkan Berita Pilihan
di WhatsApp Anda
Baca WhatsApp Tribunnews
Tribunnews
Ikuti kami di
© 2024 TRIBUNnews.com,a subsidiary of KG Media. All Right Reserved
Atas