WHO: 1,6 Juta Orang Sakit Setiap Hari karena Konsumsi Makanan Tidak Aman, 40 Persennya Anak-anak
Risiko yang ditimbulkan oleh pangan yang tidak aman dapat dengan cepat berkembang dari masalah lokal menjadi masalah darurat internasional.
Penulis: Rina Ayu Panca Rini
Editor: Willem Jonata
Laporan Wartawan Tribunnews.com, Rina Ayu
TRIBUNNEWS.COM,JAKARTA - Organisasi kesehatan dunia atau WHO menyebut, bahaya keamanan pangan tidak mengenal batas negara.
Karenanya, risiko yang ditimbulkan oleh pangan yang tidak aman dapat dengan cepat berkembang dari masalah lokal menjadi masalah darurat internasional.
Direktur Regional WHO untuk Asia Tenggara Hari Keamanan Pangan Sedunia Saima Wazed mengatakan, setiap hari ada sekitar 1,6 juta orang di seluruh dunia jatuh sakit akibat konsumsi makanan yang tidak aman, dimana sekitar 40 persen dari mereka adalah anak-anak di bawah usia 5 tahun, yang sudah berisiko lebih tinggi mengalami malnutrisi dan kematian akibat makanan yang tidak aman.
Di negara-negara berpendapatan rendah dan menengah, perkiraan kerugian tahunan sebesar USD 110 miliar disebabkan oleh berkurangnya produktivitas dan meningkatnya biaya pengobatan akibat penyakit bawaan makanan.
"Wilayah Asia Tenggara kita menanggung beban kesehatan tertinggi kedua akibat konsumsi makanan yang terkontaminasi, dengan perkiraan 150 juta penyakit dan 175.000 kematian setiap tahunnya," ujar dia dalam peringatan Hari Pangan Sedunia.
Iklim tropis di banyak negara di kawasan Asia Tenggara mendorong penyebaran hama dan mempercepat pembentukan racun alami, sebuah situasi yang diperburuk oleh dampak perubahan iklim.
Baca juga: UNICEF: Serangan Israel Buat Anak-anak di Gaza Derita Malnutrisi Hingga Tewaskan 13.000 Jiwa
Frekuensi dan intensitas kejadian cuaca ekstrem semakin meningkat yang diperkirakan berpotensi menyebabkan, meningkatkan atau mengubah kejadian dan kejadian penyakit yang ditularkan melalui makanan dan penyakit yang ditularkan melalui air.
"Tahun ini, kita diingatkan bahwa keamanan pangan adalah tanggung jawab bersama, dan pemerintah, produsen, dan konsumen perlu memainkan peran mereka dalam memastikan keamanan pangan," kata Saima.
Pemerintah didorong untuk mengembangkan dan secara berkala menguji efektivitas rencana tanggap darurat keamanan pangan nasional, sekaligus meningkatkan elemen lain dari sistem pengendalian pangan nasional, termasuk pengawasan penyakit bawaan makanan dan pemeriksaan pangan berbasis risiko secara berkala.
Kolaborasi multisektor ini diharapkan membantu meminimalkan dampak terhadap kesehatan masyarakat.
Produsen atau pelaku usaha pangan bertanggung jawab untuk menerapkan manajemen keamanan pangan, termasuk pelatihan staf secara berkala dan tindakan segera jika terjadi insiden keamanan pangan.
Mereka harus memastikan bahwa penjamah makanan menjalani pemeriksaan kesehatan penting yang relevan dengan keamanan pangan dan menerima vaksinasi terhadap demam tifoid dan virus hepatitis A.
Konsumen perlu diberdayakan untuk mempraktikkan penanganan makanan yang aman di rumah dan mengikuti Lima Kunci Makanan yang Lebih Aman dari WHO.