Nikmati berita interaktif dan LIVE report 24 jam hanya di TribunX
Tribun Kesehatan

WHO Keluarkan Peringatan Soal Bedak Tabur Bisa Picu Kanker

Badan Internasional untuk Penelitian Kanker (IARC) mengklasifikasikan bedak tabur alami memiliki sifat karsinogenik bagi manusia (Kelompok 2A).

Penulis: willy Widianto
Editor: Erik S
zoom-in WHO Keluarkan Peringatan Soal Bedak Tabur Bisa Picu Kanker
Kompas.com
Ilustrasi bedak tabur- Badan Penelitian Kanker Organisasi Kesehatan Dunia (WHO) dalam laporannya terkini menyebut mengenai bedak tabur bisa menyebabkan kanker pada manusia. Bedak tabur diduga secara tidak sadar telah terkontaminasi dengan asbes. 

TRIBUNNEWS.COM, JAKARTA - Badan Penelitian Kanker Organisasi Kesehatan Dunia (WHO) dalam laporannya terkini menyebut mengenai bedak tabur bisa menyebabkan kanker pada manusia. Bedak tabur diduga secara tidak sadar telah terkontaminasi dengan asbes.

Badan Internasional untuk Penelitian Kanker (IARC) mengklasifikasikan bedak tabur alami memiliki sifat karsinogenik bagi manusia (Kelompok 2A).

Hal itu berdasarkan bukti terbatas mengenai kanker ovarium bahwa hewan percobaan yang ditabur bedak bisa mengidap kanker, dan bukti mekanistik yang kuat  dengan sifat karsinogenik yang ditemukan dalam sel manusia.

Baca juga: Cegah Fatalitas Kanker Paru, Dokter Spesialis Ungkap Pentingnya Diagnosis Lebih Awal

Hal ini mendukung temuan penelitian besar yang diterbitkan pada bulan Mei lalu, yang menemukan bahwa penggunaan bedak tabur pada alat kelamin wanita dikaitkan dengan risiko kanker ovarium yang lebih besar.

“Ada banyak penelitian yang secara konsisten menunjukkan peningkatan kejadian kanker ovarium pada manusia yang melaporkan sendiri penggunaan bedak tabur di daerah perineum,” tulis laporan IARC dikutip dari New Atlas, Selasa(9/7/2024).

“Meskipun evaluasi terfokus pada talk(bedak tabur) yang tidak mengandung asbes, kontaminasi talk(bedak tabur) dengan asbes tidak dapat dikesampingkan dalam sebagian besar penelitian terhadap manusia yang terpapar," tambah laporan WHO.

Peningkatan angka kanker ovarium juga diamati dalam penelitian yang mengamati paparan kerja perempuan yang terpapar talk(bedak tabur) di industri pulp dan kertas.

Berita Rekomendasi

Badan tersebut menemukan tingkat neoplasma ganas yang lebih tinggi pada tikus betina (medulla adrenal dan kanker paru-paru) dan neoplasma jinak dan ganas pada tikus jantan (medula adrenal). Selain itu, dampak talk(bedak tabur) pada sel menunjukkan bukti kuat bahwa talk(bedak tabur) menyebabkan peradangan kronis dan mengubah pertumbuhan dan kematian sel.

Hal tersebut terjadi  hanya sebulan setelah Johnson & Johnson setuju untuk membayar US$700 juta dalam gugatan class action besar-besaran yang menuduh perusahaan tersebut menipu pelanggan tentang keamanan bedak bayi terkenal dan produk bedak talk lainnya.

Baca juga: Mitos dan stigma seputar vasektomi di Indonesia: Benarkah ‘hubungan seks jadi hambar hingga berisiko kanker prostat’?

Namun, laporan IARC menyoroti keterbatasannya sebab temuan ini bergantung pada pelaporan dan observasi mandiri, bukan pengujian, dan badan tersebut mengakui bahwa mereka tidak dapat menyatakan secara pasti bahwa talk(bedak tabur) menyebabkan kanker.

“Selain itu, bias mengenai bagaimana penggunaan talk dilaporkan dalam studi epidemiologi tidak dapat dikesampingkan dengan keyakinan yang masuk akal,” pernyataan tersebut memperingatkan. Akibatnya, peran talk sebagai penyebab tidak dapat diketahui sepenuhnya," tulis IARC.

Baca juga: Kantong Plastik Warna Hitam Jangan Dijadikan Wadah Daging Hewan Kurban, Bisa Penyebab Kanker

Mineral alami yang terdiri dari magnesium, silikon, oksigen, dan hidrogen, talk telah digunakan dalam produk perawatan kulit sejak tahun 1800-an. Meskipun tidak semua produk mengandung asbes, kedua mineral tersebut sering kali terbentuk berdekatan, sehingga sulit untuk menambang hanya untuk talk. Terlebih lagi, endapan talk seringkali mengandung asbes paling beracun seperti tremolit atau antofilit yang lebih bersifat karsinogenik dibandingkan chrysotile, yang mencakup 95 persen asbes yang ditemukan di AS.(New Atlas/Business Insider)

Dapatkan Berita Pilihan
di WhatsApp Anda
Baca WhatsApp Tribunnews
Tribunnews
Ikuti kami di
© 2024 TRIBUNnews.com,a subsidiary of KG Media. All Right Reserved
Atas