Nikmati berita interaktif dan LIVE report 24 jam hanya di TribunX
Tribun Kesehatan

Wabah dan Penyakit Baru Semakin Sering Ditemukan? Pakar Jelaskan Alasannya

Wabah dan penyakit baru tiada henti-hentinya bermunculan. Misalnya, setelah pandemi Covid-19 selesai, muncul wabah Mpox yang mulai meluas.

Penulis: Aisyah Nursyamsi
Editor: Willem Jonata
zoom-in Wabah dan Penyakit Baru Semakin Sering Ditemukan? Pakar Jelaskan Alasannya
Freepik
Ilustrasi virus corona 

Laporan Wartawan Tribunnews.com, Aisyah Nursyamsi

TRIBUNNEWS.COM, JAKARTA - Wabah dan penyakit baru tiada henti-hentinya bermunculan. Misalnya, setelah pandemi Covid-19 selesai, muncul wabah Mpox yang mulai meluas. 

Belum selesai keberadaan Mpox, saat ini muncul pula penyakit baru dari China yang bisa ditularkan melalui gigitan kutu yaitu virus Wetland. 

Baca juga: Wabah Mpox di Kongo Makin Parah, Pasien Membeludak, RS Kekurangan Obat dan Ruang Perawatan

Penyakit ini disebut-sebut bisa menyerang otak manusia. 

Situasi ini tentu menjadi tanda tanya untuk kita semua. Kenapa wabah dan penyakit baru terus bermunculan?

Terkait hal ini, Pakar epidemiologi Dicky Budiman ungkap ada beberapa alasan mengapa munculnya penyakit dan wabah baru semakin sering terjadi. 

1. Perubahan ekologi dan lingkungan

BERITA REKOMENDASI

"Deforestasi, urbanisasi, dan perubahan iklim memaksa satwa liar, termasuk hewan yang membawa virus zoonosis, lebih sering berinteraksi dengan manusia," ungkap Dicky pada Tribunnews, Selasa (10/9/2024). 

Kutu dan hewan reservoir penyakit seperti tikus dan hewan ternak pun menjadi lebih sering berhubungan dengan populasi manusia. 

Situasi inilah yang meningkatkan kemungkinan penularan virus.

2. Globalisasi

Mobilitas manusia dan barang yang semakin tinggi menyebabkan penyebaran penyakit menjadi lebih cepat dan sulit dikendalikan. 


Orang yang terinfeksi atau hewan yang membawa kutu dapat menyebarkan virus ke wilayah yang sebelumnya bebas dari penyakit tersebut.

3. Penurunan keanekaragaman hayati

Halaman
12
Dapatkan Berita Pilihan
di WhatsApp Anda
Baca WhatsApp Tribunnews
Tribunnews
Ikuti kami di

Wiki Terkait

© 2024 TRIBUNnews.com,a subsidiary of KG Media. All Right Reserved
Atas