Bukit Kaba, 'Surga Tersembunyi' di Bengkulu bagi Pecinta Wisata Alam
Sebuah 'surga tersembunyi' menanti untuk dijelajahi dan di-explore lebih lanjut para pecinta wisata alam. Terutama karena nuansa alam yang masih melek
Penulis: Vincentius Jyestha Candraditya
Editor: Content Writer
Laporan Wartawan Tribunnews.com, Vincentius Jyestha
Sebuah 'surga tersembunyi' menanti untuk dijelajahi dan di-explore lebih lanjut para pecinta wisata alam. Terutama karena nuansa alam yang masih melekat di lokasi ini.
Bertempat di Desa Sumber Urip, Kabupaten Rejang Lebong, Provinsi Bengkulu, terdapat wisata alam yang dikenal dengan nama Taman Bukit Kaba.
Bukit Kaba yang terletak di ketinggian 1.952 meter di atas permukaan laut (mdpl), erat dengan pemandangan alam seperti pepohonan hijau, bunga berwarna-warni dan berbagai macam tanaman.
Tanaman itu dapat tumbuh subur tak lain karena adanya gunung yang masih aktif di puncak bukit. Ya, gunung api aktif. Diketahui, gunung atau bukit Kaba ini terakhir meletus pada tahun 1991 namun tidak ada korban.
Pantauan Tribunnews.com, wisata ini dimulai dengan pendakian atau hiking untuk menuju puncak, dari pos Bukit Kaba.
Para wisatawan dapat menempuh dua cara untuk mencapai puncak, yang berjarak 5 kilometer dari gapura masuk Bukit Kaba.
Pertama, menaiki ojek motor dengan waktu tempuh sekira 30-45 menit. Atau kedua, dengan berjalan kaki selama 2,5 jam.
Perjalanan ini sedikit 'ekstrem' lantaran jalur yang ditempuh seperti medan off road, yang penuh jalan berbatu dan menanjak.
Namun, itu sangatlah sepadan dengan pemandangan yang diperoleh para pendaki atau wisatawan di puncak Bukit Kaba.
Sekira 307 anak tangga menanti untuk ditapaki usai perjalanan ojek motor selesai dilakukan. Dalam perjalanan menuju puncak dengan mendaki anak tangga ini, kita akan disajikan kesejukan udara tanpa polusi.
Belum lagi pemandangan desa dan pepohonan di bawah bukit yang membuat takjub saat kita membalikkan badan.
Namun, kawah yang dipenuhi asap belerang menjadi puncak dari atraksi ini di Bukit Kaba.
Kala itu, gas belerang tercium samar-samar. Arah angin yang tak menuju ke puncak Bukit Kaba, membuat bau belerang masih dalam kadar toleransi bagi para pendaki.