Nikmati berita interaktif dan LIVE report 24 jam hanya di TribunX
Tribun

Desa Baleharjo, Inspirasi Gotong Royong Provinsi DIY lewat lnovasi

Satu inovasi desa dalam upaya membangun mental warga menjadi baik adalah pembentukan WKSBM di lima padukuhan (dusun). WKSBM bertujuan untuk mengatasi

Editor: Content Writer
zoom-in Desa Baleharjo, Inspirasi Gotong Royong Provinsi DIY lewat lnovasi
Desa Baleharjo
Warga Desa Baleharjo. 

Menurut Tumijo, bantuan dana itu setiap bulannya dikumpulkan dari para donator yang terdiri dari warga Desa Baleharjo yang masih berada di desa maupun yang sudah merantau ke Jakarta, iuran RT, kelompok-kelompok keagamaan, kelompok tani, penyewaan alat dapur dan bantuan dari beberapa perkumpulan.

Tumijo mengatakan jika keberadaan WKSBM sangat bermanfaat. Dia menjelaskan, uang sebesar Rp 3-4 Juta disalurkan kepada yang membutuhkan. Yang mendapatkan bantuan merupakan warga tidak mampu dan belum terjamah oleh bantuan dari pemerintah. Penerima bantuan paling banyak mereka yang sudah berusia lanjut, penyandang disabilitas dan anak sekolah dari keluarga kurang mampu. “Saya pilih (warga desa,-red) yang belum pernah menerima (bantuan,-red). Jompo, difabel, apa salahnya saya perhatikan. Yang PAUD (Pendidikan Anak Usia Dini,-red) saya perhatikan. Anak SD. Itu setiap bulan walaupun kecil saya rutinkan," ujar Tumijo menjelaskan.

Pada tahun ini, Tumijo mengatakan WKSBM berencana akan membagikan sumbangan ke dalam tiga tahapan. Tahap pertama, pada periode Juni 2019, tahap kedua Agustus 2019 dan tahap ketiga Desember 2019.

Perlu diketahui Program WKSBM di Desa Baleharjo itu merupakan satu-satunya di Indonesia dan menjadi pilot project percontohan untuk desa lainnya.

Pelatihan Hidroponik Berdayakan Masyarakat Desa

hidroponik ibu-ibu PKK baleharjo
Pelatihan hidroponik untuk berdayakan ibu-ibu PKK.

Pada tahun ini, Desa Baleharjo mengelola dana desa sebesar Rp 800 juta dengan cara membagi ke beberapa pos. Upaya pembangunan mental warga desa mendapatkan prioritas utama disamping peningkatan kapasitas dan pemberdayaan warga desa. Salah satu bentuk peningkatan kapasitas warga desa yang dilakukan adalah pelatihan hidroponik untuk memberdayakan ibu-ibu PKK.

Pendamping Pertanian Desa Baleharjo, Budi Kuncoro mengatakan Desa Baleharjo meminta pendampingan pengelolaan tanaman hidroponik. Pada awalnya, pelatihan digelar di lima dusun yang ada di desa tersebut. Untuk kemudian, warga di lima dusun itu menjadi percontohan sehingga mengajarkan kepada warga lainnya di Desa Baleharjo ataupun di luar desa.

Berita Rekomendasi

“Pelatihan dilakukan (bulan,-red) April menggunakan dana desa sebesar Rp 25 juta. Setelah bulan April mereka mengembangkan dan menanam sendiri-sendiri. Setelah 3-4 bulan, mereka merasakan panen pertama. Empat bulan panen kedua, mereka swadaya seperti ini,” kata Agus.

Pada awalnya, Agus mengungkapkan, warga merasa kesulitan untuk menanam tanaman hidroponik. Hal ini karena warga mengeluhkan mahalnya biaya yang dikeluarkan untuk mulai menanam. Namun setelah difasilitasi pihak desa dan mendapatkan pelatihan, warga mulai berani untuk menanam di pekarangan mereka.

Upaya menanam tanaman hidroponik merupakan solusi bagi warga untuk dapat bercocok tanam di wilayah Gunung Kidul. Wilayah itu pada saat musim kemarau sering kali mengalami kekeringan sehingga warga kesulitan untuk menanam di lahan.

Tanaman Lidah Buaya merupakan primadona dari pengelolaan tanaman hidroponik. Selain itu, terdapat tanaman lainnya, seperti pokcay merah, sawi, kangkung, dan selada. Media menanam menggunakan bahan-bahan yang ada di lingkungan sekitar, seperti gelas, botol plastik, ember plastik, dan styrofoam.

Tanaman lidah buaya yang jumlahnya cukup banyak oleh ibu-ibu Desa Baleharjo yang tergabung dalam kelompok wanita tani dijadikan minuman olahan es lidah buaya yang tidak hanya dinikmati keluarga tapi juga di jual secara umum.  “Kelompok tani wanita disini selain menjual olahan lidah buaya juga menjual bibit tanaman sayuran. Jualan pada hari Minggu, dengan keuntungan bisa mencapai Rp 300-500 ribu,” ungkap Agus yang mengajari ibu-ibu di Desa Baleharjo mengolah lidah buaya menjadi minuman segar.

Berkat mengelola tanaman hidroponik manfaat besar dirasakan oleh masyarakat desa. Selain Hasil panen tanaman itu dapat dikonsumsi sendiri bisa juga dijual jika jumlahnya berlebih dan ada permintaan. Kini, warga Gunung  Kidul tidak lagi kesulitan mendapatkan sayur-sayuran segar pada waktu musim kemarau.

“Berkat kegiatan hidroponik  warga mendapat keuntungan seperti mengurangi pengeluaran dan didapatkan sayuran sehat, karena kami sama sekali tidak pakai pestisida. Bisa menanam tanpa tanah, karena Gunung Kidul kadang kemarau, keterbatasan air”, urai Agus.

Halaman
123
Dapatkan Berita Pilihan
di WhatsApp Anda
Baca WhatsApp Tribunnews
Tribunnews
Ikuti kami di
© 2025 TRIBUNnews.com,a subsidiary of KG Media. All Right Reserved
Atas