Tingkatkan Produksi Padi, Kabupaten Bandung Andalkan Pembangunan RJIT
Kabupaten Bandung terus berusaha meningkatkan produksi padi. Salah satunya dengan meningkatkan prasarana pertanian melalui pembangunan atau Rehabilita
Editor: Content Writer
TRIBUNNEWS.COM, BANDUNG - Kabupaten Bandung terus berusaha meningkatkan produksi padi. Salah satunya dengan meningkatkan prasarana pertanian melalui pembangunan atau Rehabilitasi Jaringan Irigasi Tersier (RJIT) dan jalan usaha tani di sejumlah kecamatan di Kabupaten Bandung.
Direktur Jenderal Prasarana dan Sarana Pertanian (PSP) Kementerian Pertanian (Kementan) Sarwo Edhy mengungkapkan, tahun 2018, Ditjen PSP membangunkan 399 unit embung pertanian dan 134.475 hektar jaringan irigasi tersier yang direhabilitasi. Untuk 2019, rehabilitasi jaringan irigasi tersier ditargetkan seluas 67.037 hektar
Baca: Layanan Karya Anak Bangsa yang Tercepat: Telat Lebih dari 3 Menit dapat Voucher Diskon
"Program RJIT periode 2014 - 2019 ini dilakukan untuk membangun jaringan irigasi tersier yang kondisinya hampir 50 persen rusak. Dearah yang ingin membangun embung atau irigasi tersier, silakan ajukan ke Ditjen PSP. Bisa melalui Dinas Pertanian di wilayahnya masing-masing," ujar Sarwo Edhy, Senin (21/10).
Sarwo Edhy mengatakan, program rehabilitasi jaringan irigasi yang saat ini sedang gencar dilakukan oleh pemerintah sangat dirasakan oleh para petani. Ia menjelaskan, efek yang langsung dirasakan petani adalah, adanya penambahan Indeks Tanam yang tadinya hanya bisa sekali setahun menjadi dua kali atau lebih.
“Dengan adanya program rehabilitasi jaringan irigasi, maka ada peningkatan pada indeks tanam petani, yang sebelumnya hanya sekali setahun menjadi dua kali,” kata Sarwo Edhy.
Kabid Sarana Prasarana Dinas Pertanian Kabupaten Bandung Yayan Agustian mengungkapkan, jaringan irigasi tersier yang sudah dibangun di antaranya di Kecamatan Pasirjambu, Ciwidey, Banjaran, Paseh, Ibun, Solokanjeruk, Cicalengka, Rancaekek, dan Cikancung.
"Dibangunnya jaringan irigasi tersier itu dapat meningkatkan produksi 0,5 persen. Misalnya yang semula menghasilkan produksi 6,5 ton gabah kering panen per hektare, bertambah 0,5 persen dengan adanya pengerjaan pembangunan jaringan irigasi tersier tersebut," kata Yayan Agustian.
Yayan mengatakan, pembangunan jaringan irigasi tersier yang berasal dari APBN, setiap titik lokasi sepanjang 150-200 meter. Pembangunan jaringan irigasi tersier itu pada bagian kanan kiri sehingga panjangnya antara 300 sampai 400 meter.
"Pembangunan jaringan irigasi tersier itu sudah dilaksanakan di 12 kecamatan tadi, untuk meningkatkan produksi pertanian," katanya.
Yayan mengatakan, pembangunan jaringan irigasi tersier itu dengan cara dicor untuk memudahkan dalam proses perawatan yang dilakukan oleh para petani di kawasan tersebut.
"Adanya pembangunan jaringan irigasi tersier ini bisa mengairi lahan pertanian padi antara 50 hektare sampai 100 hektare, dengan anggaran setiap titik lokasi rata-rata Rp 50 juta," kata Yayan.
Menurutnya, adanya peningkatan pembangunan jaringan irigasi tersier ini, yang semula lahan pertanian padi tak terairi akhirnya bisa terairi.
"Soalnya, air bisa mengalir cukup jauh dan menjangkau lahan pertanian lebih luas lagi," katanya.
Dikatakannya, pembangunan jaringan irigasi tersier ini untuk menyalurkan air dari saluran induknya atau sekunder (sungai). Bahkan, pembangunan infrastruktur ini untuk menyalurkan air dari dam yang dikerjakan satu paket dengan pembangunan jaringan irigasi tersier.