Ketua MPR Dorong Pemerintah Akselerasi Pembangunan SDM
Ketua MPR Bambang Soesatyo mendorong pemerintah untuk segera mengakselerasi pembangunan sumber daya manusia (SDM).
Editor: Content Writer
TRIBUNNEWS.COM - Ketua MPR Bambang Soesatyo mendorong pemerintah untuk segera mengakselerasi pembangunan sumber daya manusia (SDM). Untuk kepentingan itu, sejumlah kementerian terkait harus memastikan realisasi program pembangunan dan pengembangan kualitas SDM yang diinisiasi Presiden Joko Widodo.
Selain itu, Ketua MPR juga mendorong semua pemerintah daerah untuk pro aktif merespons program pembangunan SDM itu. Asumsinya, pemerintah daerah paling tahu kondisi riel di daerahnya, dan apa saja prioritas kebutuhan daerah.
Baca: Rapat Pleno Badan Pengkajian MPR, Serap Aspirasi untuk Pokok-Pokok Haluan Negara
Demi masa depan orang muda di seluruh pelosok tanah air, semua daerah harus tercakup dalam program ini.
Dorongan kepada pemerintah ini dilandasi keprihatinan Ketua MPR setelah menyimak gambaran tentang persoalan yang terkait dengan kualitas pendidikan di dalam negeri, sebagaimana tercermin dari hasil survei Program for International Student Assessment (PISA) per 2018 yang dipublikasi pada awal Desember 2019.
Gambaran tentang mutu pendidikan di Indonesia sangat memprihatinkan, karena ada di peringkat 10 besar terbawah dari 79 negara yang disurvei.
Tuntutan kualitas pendidikan era terkini mengarahkan anak didik untuk membangun kompetensi agar kompetitif pada bidang keahliannya. Maka, demi daya saing orang muda Indonesia untuk sekarang dan di masa depan, pembaruan di sektor pendidikan memang tak bisa lagi ditunda-tunda.
Dengan begitu, bukan lagi sekadar masuk skala prioritas, pembangunan dan pengembangan kualitas SDM Indonesia bahkan harus diakselerasi melalui terobosan-terobosan yang harus digagas oleh pemerintah.
Baca: Basarah Sebut Amandemen UUD 1945 Terbatas Pada Pasal 3 Tambah Wewenang MPR Tetapkan Haluan Negara
Urgensinya sudah sangat jelas, mengacu pada hasil survei PISA 2018 itu. Penetapan standar kualitas pendidikan nasional tidak lagi hanya cukup melihat ke dalam, tetapi harus juga melihat keluar. Ada standar global yang tak mungkin diingkari anak-anak usia sekolah di Indonesia.
Sama halnya dengan ketika Indonesia tidak mungkin menghindar dari perubahan zaman yang ditandai oleh digitalisasi dan otomatisasi di era Industri 4.0 sekarang ini. (*)