Kata-kata Terlalu Romantis Seperti 'Kau Belahan Jiwaku' Justru Isyaratkan Hubungan Rentan Bubar
Kata-kata terlalu romantis dalam hubungan pacaran seperti 'Kau belahan jiwaku' atau 'Separuh jiwaku' justru isyarat rentan bubar. Inilah alasannya.
Editor: Agung Budi Santoso
TRIBUNNEWS.COM - Saat jatuh cinta, umumnya pasangan selalu meluapkan perasaan dengan kata-kata cinta nan romantis. Nah, kata-kata yang paling sering diungkapkan oleh pasangan yang tengah kasmaran adalah “Kamu segalanya untukku”, “Kamu adalah separuh aku”, atau “Belahan jiwa”.
Ternyata, menurut penelitian, kata-kata soulmate (belahan jiwa), dan my other half (separuh aku) menandakan sebuah hubungan yang kurang kokoh dan berisiko putus di waktu mendatang. Mengapa demikian?
Sebuah studi yang dipublikasikan dalam Journal of Experimental Social Psychology, sang peneliti, Norbert Schwarz dan Spike Lee WS, keduanya menguji beberapa metafora romantis yang paling umum untuk dituturkan pasangan kasih. Tujuannya, mereka ingin mengetahui kata-kata manis apa yang sebaiknya diucapkan kepada pasangan, apakah "other half", "soulmate", atau apakah Anda lebih baik berpikir bahwa cinta adalah sebuah perjalanan (journey) dan sudah sejauh apa perjalanan Anda berdua?
Penelitian ini dibagi menjadi dua kategori cinta, yaitu grup "kesatuan" yang meliputi ucapan manis "other half", "soulmate" dan "perjalanan."Masing-masing responden diminta untuk menyatakan dan menggambarkan metafora ucapan ini melalui kata-kata, gambar, dan tugas non verbal lainnya.
Hasilnya, para peserta yang memiliki pola pikir bahwa cinta adalah sebuah kesatuan belahan jiwa ternyata memiliki kesulitan untuk menangani konflik dalam hubungan. "Ketika orang berpikir bahwa hubungan mereka adalah sebuah kesatuan, mereka percaya bahwa mereka diciptakan untuk satu sama lain. Hal ini akan membuat mereka rapuh saat menghadapi konflik. Ketika mengalami masalah, pasangan bakal mulai berpikir bahwa mereka mungkin tidak diciptakan untuk satu sama lain,” kata Schwartz.
Lalu, responden yang mengaku bahwa hubungan cinta merupakan sebuah perjalanan, ditemukan lebih bertahan dan bijak dalam mengendalikan konflik. Sebab, dalam pemikiran mereka, hubungan cinta yang dijalani tersebut bukan sebuah akhir bahagia, melainkan perjalanan cinta yang suatu saat bisa terbentur masalah dan pertentangan.
"Orang-orang ini berpikir bahwa konflik merupakan bagian perjalanan cinta adalah hal pasangan yang paling berbahagia. Anda bertengkar dan Anda masih bersama sampai saat ini serta melewati kesulitan bersama-sama maka ini adalah cinta yang sesungguhnya," katanya.
Sebenarnya, menurut penelitian, perasaan dan emosi cinta tidak bisa Anda berikan takaran waktu. Pemikiran yang salah adalah hubungan akan langgeng sampai ada masalah, atau hubungan terus romantis selama bebas kendala. Sebaliknya, suatu hubungan yang benar itu di mana pasangan ikhlas dan berani menghadapi masalah karena keinginan membahagikan satu sama lain. (Agustina/ The Huffington Post)