Naskah Khutbah Shalat Gerhana Matahari Cincin 26 Desember
Inilah contoh naskah khutbah shalat Gerhana Matahari Cincin yang terjadi Kamis (25/12/2019) besok oleh Thomas Djamaluddin, Kepala LAPAN.
Penulis: Sri Juliati
Editor: Muhammad Renald Shiftanto
Orang-orang ketakutan dan mengaitkan gerhana matahari itu dengan wafatnya putra Rasulullah. Namun, Rasul membantahnya. Gerhana adalah tanda-tanda kekuasaan Allah.
Di dalam hadits Abu Burdah dari Abu Musa Radhiyallahu ‘anhu, dikisahkan peristiwa gerhana di Madinah:
“Ketika terjadi gerhana matahari, Nabi SAW langsung berdiri terkejut dan merasa ketakutan kiamat akan datang. Beliau pergi ke masjid dan melakukan sholat yang panjang berdiri, ruku’, dan sujudnya.
Setelah itu Nabi bersabda, “Gerhana ini adalah tanda-tanda dari Allah, bukan disebabkan karena kematian atau kelahiran seseorang. Namun gerhana ini terjadi supaya Allah menakuti hamba-hamba-Nya.
Apabila kalian melihat sesuatu dari gerhana, maka takutlah dan bersegeralah berdzikir kepada Allah, berdoa, dan memohon ampunan-Nya.” (Muttafaq ‘Alaihi)
Rasullah SAW mengajarkan tauhid, tidak mengaitkan fenomena gerhana dengan mitos. Gerhana bukan karena kematian atau kelahiran seseorang. Bukan pula karena matahari dimakan raksasa atau makhluk yang tak masuk akal.
Gerhana adalah tanda-tanda kekuasaan Allah. Allah-lah yang mencipkan matahari dan bulan sebagai tanda-tanda kekuasaan-Nya.
Setelah ilmu astronomi bertembang, diketahui bahwa gerhana matahari adalah bagian dari keteraturan sistem matahari-bulan-bumi. Bulan mengitari bumi, sementara bumi bersama bulan mengitari matahari.
Pada saat bulan tepat berada di antara matahari dan bumi, terjadilah gerhana. Peredaran bulan mengitari bumi seperti itu dengan perubahan ketampakan bentuk bulan digunakan untuk perhitungan kalender. Hal itu diungkapkan di dalam Al-Quran surat Yunus:5.
"Dialah yang menjadikan matahari bersinar dan bulan bercahaya dan ditetapkan-Nya manzilah-manzilah (tempat-tempat) bagi perjalanan bulan itu, supaya kamu mengetahui bilangan tahun dan perhitungan (waktu). Allah tidak menciptakan yang demikian itu melainkan dengan benar. Dia menjelaskan tanda-tanda (kebesaran-Nya) kepada orang-orang yang mengetahui. (QS Yunus:5)."
Ayat itu juga mengisyaratkan, matahari dan bulan berbeda secara fisis. Matahari disebut dhiya’, bersinar. Sedangkan bulan disebut nuuran, bersinar.
Sains – astronomi mengungkapkan, matahari sesungguhnya sama dengan bintang-bintang lain. Ukurannya jauh lebih besar dari bumi, sekitar 1,3 juta kali besar bumi. Wujudnya berupa gas panas dengan reaksi nuklir di dalamnya.
Suhu di dalamnya puluhan juta derajat. Suhu permukaannya ribuan derajat. Dengan panas itu, matahari menghangatkan tata surya, termasuk bumi.
Bulan disebut bercahaya, lembut tidak menyilaukan dan tidak panas. Bulan hanya memantulkan cahaya matahari.