64 Persen Perempuan Alami Career Break, Ketahui Penyebab dan Manfaatnya
Seseorang bisa mengalami career break pada waktu tertentu, khususnya pada perempuan. Apa penyebabnya?
Penulis: Aisyah Nursyamsi
Editor: Anita K Wardhani
Laporan Wartawan Tribunnews.com, Aisyah Nursyamsi
TRIBUNNEWS.COM, JAKARTA - Pernahkah satu kali merasa jenuh, lelah dan tidak tenang pada pekerjaan, sehingga memutuskan untuk berhenti sejenak?
Maka, apa yang sedang kamu alami itu adalah career break atau berhenti kerja hanya untuk sementara waktu.
Menurut Career Coach dan Professional Trainer, Lika Satvarini, apa yang terjadi di atas terbilang wajar. Seseorang bisa mengalami career break pada waktu tertentu, khususnya pada perempuan.
Baca juga: Cathy Sharon Tak Lagi Menjalani Karir Keartisan: Saya Lebih Menikmati Hidup
"Menurut survei global LinkedIn pada 2022, melibatkan 22.995 pekerja eksekutif, menunjukkan bahwa 64 persen perempuan pernah mengalami career break di sepanjang perjalanan karirnya dengan berbagai alasan," ungkapnya pada peluncuran TRESemme Professional Hair Studio di Lippo Mall Kemang, Jakarta Selatan, Jumat (2/9/2022).
Oleh Lika, dijelaskan apa saja yang menjadi faktor career break pada perempuan. Di antaranya seperti mengurus orangtua yang sakit, sehingga harus fokus berada di rumah.
Lalu ketika perempuan sudah menikah, ia merasa perlu untuk mengurus suami. Atau fokus untuk merawat anak di rumah. Dan masih banyak faktor lain yang membuat perempuan berhenti untuk bekerja, sementara.
Tidak ada batasan sampai kapan seseorang mengalami career break. Kondisi ini, kata Lika bisa berjalan hingga berbulan-bulan atau setahun.
Karena terbilang sebagai fenomena yang wajar, Lika menyarankan untuk tidak merasa khawatir. Usai career break, seseorang pun bisa untuk bekerja kembali.
Lika menyebutkan jika sebenarnya perempuan begitu pun di Indonesia punya peluang untuk kembali berkiprah di dunia profesional.
"Kesempatan itu masih terbuka luas, terlihat dari angka tenaga kerja perempuan profesional yang terus meningkat menjadi 49,9% di 2021," papar Lika.
Ia pun mengatakan, sebagian orang yang melakukan career break tidak hanya untuk beristirahat. Beberapa ada yang menggunakan waktu mengasah skill atau merencanakan kembali ke dunia kerja.
Sehingga, ketika kembali ke dunia kerja, kata Lika, mereka akan lebih berkompeten. Serta punya modal kuat untuk menjalani profesinya lebih baik lagi.
Sayangnya, menurut Lika perempuan lebih lama untuk kembali setelah career break. Hal ini dikarenakan banyak yang menjadi pertimbangan. Serta ada faktor dari diri sendiri dan eksternal.
Dari internal, biasanya timbul pula rasa bersalah karena meninggalkan keluarga. Hingga rasa rendah diri karena menganggap dirinya “tertinggal” dari segi pengalaman dan kemampuan.
Sementara dari sisi eksternal, mereka juga sering menghadapi tekanan dari keluarga dan lingkungan sosial mengenai peran domestik perempuan.
"Peer pressure dari teman-teman yang lebih “sukses”, atau adanya perubahan ekspektasi mengenai kompetensi di bidang kerja," tutur Lika.
Baca juga: Mantap Jadi Penyanyi, Begini Awal Anneth Delliecia Merintis Karir
Oleh karena itu, Lika menyarankan agar perempuan tetap upgrade diri, baik secara penampilan maupun kemampuan. Selain itu, ia menjelaskan kalau rasa percaya diri merupakan modal utama.
Selain terus meng-update diri secara profesional, sangat penting untuk menjadikan style sebagai bagian dari personal branding.
Karena, dapat menciptakan first impression yang berkesan dan membentuk persepsi yang positif.
Hal ini sejalan dengan teori dimana faktor Visual yaitu style dan body language mendominasi kesuksesan komunikasi interpersonal, disusul oleh Vocal, dan Verbal.
"3V's ini dapat menambah tingkat kepercayaan orang terhadap kita, dimana kepercayaan itu bisa didapat dari first impression positif melalui ‘Know-Like-Trust’," tutup Lika.