Tampil di JF3 Fashion Show, IFS Usung Nilai Busana Betawi dan Kehidupan Urban Jakarta
tema IFS Urbanize Batavia menggambarkan anomali kebudayaan yang terjadi di Jakarta di tengah perkembangan zaman
Penulis: Erik S
Editor: Hasiolan Eko P Gultom
Dina yang mengambil unsur kain sarung dan sabuk pakaian khas Betawi yang diaplikasikan dalam ready to wear menamai karyanya sebagai Jawara Betawi.
Begitu pula dengan Maharani yang terinspirasi dari jajanan khas Betawi: kue pepe. Dengan memadukan siluet kebaya, warna-warni yang kuat yang dimodifikasi dengan gaya modern dan ready to wear, Maharani menamai koleksinya sebagai PeTropolitan.
Kemudian, Mitha menjadikan tarian tradisional Betawi sebagai inspirasi menghasilkan koleksinya kali ini. Dalam koleksi yang elegan, modern tapi tetap menampilkan unsur etnik juga ready to wear, Mitha menamainya dengan Fussion of Classic.
Sementara karya Theresia terinspirasi dari kembang kelapa dan burung hong yang umumnya terdapat dalam motif batik Betawi.
Dalam karya itu, Theresia memadukan keindahan multi-kultur Kota Jakarta dan disajikan dalam ready to wear. Theresia menamai koleksinya ini sebagai Diffuseries.
Berdasarkan semua itu, kata Diora, IFS ingin menunjukkan bahwa busana tradisional itu tidak sekadar kebudayaan yang ditunjukkan pada hari-hari tertentu.
Soalnya busana tradisional itu berhubungan dengan nilai, asal usul kehidupan dan ungkapan akan diri serta hubungannya dengan sebuah masyarakat.
“Kita juga akan merasakan kepuasan lebih ketika mengenakan fashion yang berkaitan dengan tradisi kita. Dan, bukankah fashion seharusnya begitu?” kata Diora.