Nikmati berita interaktif dan LIVE report 24 jam hanya di TribunX
Tribun Lifestyle

Banyak Orang Ogah Makan Telur karena Takut Kolesterol, Tapi Berani Merokok

Masyarakat Indonesia konsumsi 150 butir per orang per tahun (sebelum pandemi), sedangkan orang merokok lebih dari 1.300 batang per orang per hari.

Penulis: Eko Sutriyanto
Editor: Willem Jonata
zoom-in Banyak Orang Ogah Makan Telur karena Takut Kolesterol, Tapi Berani Merokok
freepik.com/stockking
Ilustrasi telur rebus 

Laporan Wartawan Tribunnews.com Eko Sutriyanto 

TRIBUNNEWS.COM, JAKARTA - Sebagian masyarakat Indonesia belum menyadari bahwa telur dan daging ayam adalah sumber protein yang sangat murah dan berkualitas.

Saat ini, harga sebutir telur itu kurang lebih sama dengan sebatang rokok.

Namun berdasarkan data asosiasi perunggasan, konsumsi telur masyarakat Indonesia hanya 150 butir per orang per tahun (sebelum pandemi), sedangkan konsumsi rokok masyarakat Indonesia mencapai lebih dari 1.300 batang per orang per tahun.

"Masyarakat Indonesia rata-rata hanya mengkonsumsi 3 butir telur seminggu, tapi bersedia membeli rokok rata-rata sehari 3 batang rokok. Ini adalah kondisi yang memprihatinkan dan perlu kita ubah," kata Ketua Panitia Pusat Hari Ayam dan Telur Nasional (HATN), Ricky Bangsaratoe dalam keterangannya tertulis, Jumat (20/10/2023).

Banyak orang  takut makan telur karena takut kolesterol tapi tidak takut merokok yang jelas-jelas ada peringatan bahwa rokok itu berbahaya bagi kesehatan jantung, paru-paru, ibu hamil dan sebagainya.

Baca juga: Adakah Dampak Bagi Kesehatan Jika Makan Telur Mentah? Begini Kata Ahli

Data OECD (Organization for Economic Co-operation and Development) menunjukan, pendapatan per kapita masyarakat Indonesia di atas Pilipina dan Vietnam, namun konsumsi daging ayam masyarakat Indonesia kalah dengan dua negara tersebut.

Berita Rekomendasi

"Berdasarkan fakta di atas kita bisa simpulkan bahwa konsumsi daging ayam dan telur yang masih rendah itu bukan semata-mata karena daya beli masyarakat melainkan karena pola belanja masyarakat yang tidak berorientasi prioritas pada kesehatan dan kecerdasan, serta kurangnya pemahaman gizi masyarakat," katanya.

Ketakutan masyarakat akibat isu negatif mengenai ayam dan telur juga perlu diluruskan. Misalnya ada anggapan bahwa ayam pedaging (broiler) bisa cepat besar karena disuntik hormon.

Hal ini sama sekali tidak beralasan karena harga hormon satu kali suntik bisa mencapai 5 USD (Rp. 60.000), padahal harga ayam di tingkat peternak hanya sekitar 20 ribu/ekor.

Proses pertumbuhan ayam broiler yang cepat semata-mata karena hasil persilangan puluhan tahun sesuai dengan kaidah ilmu genetika sehingga dihasilkan ayam dengan mutu genetik yang bagus (genetic improvement) .

"Hal ini juga terjadi pada padi, jagung dan komoditi pertanian lain yang telah melalui proses perbaikan genetik sehingga dihasilkan komoditi yang lebih produktif," katanya.

Begitu pula ketakutan masyarakat bahwa telur penyebab bisul.

Kasus ini hanya terjadi pada orang-orang  tertentu yang  menderita alergi telur . Bagi orang sehat, tidak usah khawatir akan bahaya telur, karena justru telur mengandung protein hewani yang sangat lengkap dan bahwa harga protein yang dikandung telur sangat murah dibanding sumber protein lainnya.

Halaman
123
Dapatkan Berita Pilihan
di WhatsApp Anda
Baca WhatsApp Tribunnews
Tribunnews
Ikuti kami di
© 2024 TRIBUNnews.com,a subsidiary of KG Media. All Right Reserved
Atas